Ahad 29 Aug 2021 11:10 WIB

Angkutan Udara Asing Berkurang, Taliban Blok Bandara Kabul

Taliban tutup bandara Kabul bagi sebagaian besar warga Afghanistan.

Taliban mengawasi arus lalu lintas di Bandara Kabul.
Foto: Al Jazeera
Taliban mengawasi arus lalu lintas di Bandara Kabul.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Pasukan Taliban telah menutup bandara Kabul bagi sebagian besar warga Afghanistan yang berharap untuk dievakuasi. Tindakan ini dilakukan ketika Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan pengangkutan udara yang kacau yang akan mengakhiri dua dekade pasukan mereka di Afghanistan.

Para pemimpin Barat mengakui bahwa penarikan mereka berarti meninggalkan beberapa warga mereka dan banyak penduduk lokal yang membantu mereka selama bertahun-tahun. Meski begitu mereka berjanji untuk mencoba terus bekerja dengan Taliban untuk tetap mengizinkan sekutu lokal pergi setelah tenggat waktu penarikan pasukan AS oleh Presiden Joe Biden.

Meskipun sebagian besar sekutunya telah menyelesaikan penerbangan evakuasi mereka, AS mengatakan pihaknya berencana untuk mempertahankan penerbangan 24 jam sampai batas waktu.

Menurut angka pemerintah AS, jembatan udara memungkinkan evakuasi 112.000 warga Afghanistan dan negara asing sejak 14 Agustus malam yang takut aka  penangkapan Kabul oleh Taliban. Dan ada 117.500 orang yang sudah dievakuasi sejak akhir Juli. Inggris  pun sedang melakukan penerbangan evakuasi terakhirnya pada hari Sabtu.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membahas evakuasi tersebut dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dalam panggilan telepon pada hari Sabt kemarin. "Ketiga pemimpin itu menyetujui fakta bahwa evakuasi warga negara mereka, personel Afghanistan [yang telah bekerja dengan angkatan bersenjata mereka] dan orang-orang dalam bahaya selalu menjadi prioritas tertinggi, serta memberikan pasokan kemanusiaan kepada penduduk. dan pengungsi dari kawasan itu," kata juru bicara Merkel, Stefan Seibert.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement