Kiai Miftah selalu menghargai dan menghormati yang lebih muda, tidak banyak bicara kecuali yang bermanfaat, tawaduk. Dirinya menerapkan pola hidup sederhana, kata Kiai Hambali. Dia meneruskan, Kiai Miftah adalah orang yang santun. Tak banyak bicara, tetapi sekali bicara maka kata-katanya selalu bermanfaat dan mengandung mutiara hikmah.
Kebanyakan ulama pewaris nabi memang mempunyai sifat pendiam seperti itu. Artinya, ia akan diam kalau memang tak perlu berbicara. Dalam bukunya, Abdul Fatah menjelaskan, Kiai Miftah memang tak banyak bicara bila tak diperlukan.
Namun, ketika ditanya hukum agama, ia mampu menjelaskannya secara gamblang. Ketika ditanya soal hukum Islam, biasanya Kiai Miftah akan membuka kitab untuk ditunjukkan kepada si penanya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa fatwanya tidak asal-asalan, tapi ada dasar pengambilannya.
Walaupun Kiai Miftah merupakan sosok ulama yang alim dan menguasai berbagai bidang ilmu keislaman, seperti fikih, tauhid, tasawuf, ilmu falak, dan ilmu alat, kedalaman ilmunya tidak menjadikannya sombong. Sebaliknya, ia justru lebih tawaduk, rendah hati, dan merasa belum alim.
Banyak yang bisa diteladani dari sosok Kiai Miftah. Apalagi, di zaman sekarang ini banyak orang yang baru alim sedikit dan berjasa pada umat, sudah merasa paling hebat dan merasa ditokohkan. Bahkan, menuntut orang lain untuk menghormatinya.