Rabu 01 Sep 2021 09:45 WIB

Pakar: Sulit Diprediksi Masa Depan Afghanistan

Taliban membentuk pemerintahan baru di Afghanistan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
 Orang-orang tinggal di dekat pagar Pangkalan Udara AS Ramstein di Ramstein, Jerman, Senin, 30 Agustus 2021. Komunitas militer Amerika terbesar di luar negeri menampung ribuan pengungsi Afghanistan di sebuah kota tenda di pangkalan udara.
Foto:

Rakyat Afghanistan yang alami perang dan konflik berkepanjangan dianggap sebagai kelompok rentan, terutama perempuan dan anak-anak. Marginalisasi kepada perempuan terjadi karena pemahaman dan interpretasi kaku terhadap sumber pengetahuan agama.

Pandangan terhadap nash yang kaku menimbulkan pembatasan wanita di ruang publik, termasuk mencari pekerjaan dan mengakses pendidikan. Tentu ini tidak dibenarkan dan melanggar HAM, apalagi muncul persepsi wanita sosok yang kurang diapresiasi.

Ada fenomena anak perempuan berperilaku seperti anak laki-laki untuk mendapat akses pendidikan (bacha posh) dan menjual-belikan anak laki-laki (bacha bazi). Ini menimbulkan krisis identitas kepada diri kerap dialami anak-anak Afghanistan.

 

"Saya agak sulit memprediksi apakah Taliban akan menjalankan janji politiknya atau tidak. Kita mungkin bersikap moderat, tergantung seberapa terbuka Taliban terhadap nilai-nilai yang berasal dari luar seperti kesetaraan gender, HAM dan lain-lain," ujar Dian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement