Ahad 05 Sep 2021 04:41 WIB

Seni Menentukan Arah Kiblat

Mengetahui arah kiblat sangat penting bagi umat Islam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Ka
Foto:

Namun di abad sekarang, keadaan menjadi lebih baik bagi umat Islam. Dengan menjamurnya smartphone dan gadget digital lainnya, masalah yang biasa dihadapi saat mencari kiblat berangsur hilang.

Dengan perangkat seperti jam tangan, ponsel atau perangkat GPS genggang, umat Islam kini lebih mudah menemukan arah kiblat. Alat tersebut tentunya telah dilengkapi dengan kompas atau peta yang relevan untuk bisa menemukan kiblat secara real-time.

Tren terbaru adalah penggunaan Location Based Services (LBS). LBS melibatkan solusi perangkat lunak yang dikonfigurasi untuk bekerja dengan perangkat seluler genggam, yang pada gilirannya beroperasi pada jaringan nirkabel tertentu.

Ketika digunakan bersama dengan aplikasi server Sistem Informasi Geografis (GIS), aplikasi ini dengan mudah memberikan informasi penting kepada pemilik perangkat seperti rute ke, dan lokasi di, Makkah tergantung pada lokasi atau posisi mereka saat ini.

Kombinasi teknologi GIS dan GPS memiliki kemampuan analitis yang memungkinkan untuk menentukan lokasi individu dari setiap pengguna ponsel. Setelah itu, informasi yang diperlukan seperti lokasi kiblat dan tempat menarik lainnya disajikan kepada pengguna melalui antarmuka peta. Untuk perangkat yang tidak mendukung antarmuka peta grafis, informasi yang diminta datang dalam bentuk instruksi tekstual atau audio.

Seperti halnya isu 'hilal', isu pencarian kiblat juga terkadang menjadi topik yang diperdebatkan. Beberapa orang meyakini bahwa bagian tengah wajah harus sejajar sempurna dengan bagian tengah Ka'bah agar sholat menjadi sah. Sementara itu, yang lainnya meyakini bahwa posisi ini terlalu kaku dan tidak perlu diadopsi.

Hal itu mengacu pada sebuah hadits Nabi Muhammad Saw yang berbunyi, "Apa yang ada di antara timur dan barat adalah kiblat." (HR. al-Tirmidzi,342; Ibn Maajah, 1011)

Hadits ini menjadi dasar dari banyak fatwa Islam tentang kiblat. Mayoritas ulama, termasuk dua dari empat Imam besar, Ahmad bin Hanbal dan Abu Hanifah, berpendapat bahwa orang yang dekat dengan Ka'bah diharuskan menghadapkan wajahnya ke depan. Sedangkan orang yang berada jauh dari Ka'bah harus mencari arah umum dari Ka'bah, tanpa harus menghadapnya dengan tepat.

Oleh karena itu, sedikit penyimpangan/kelainan dalam kiblat umumnya dianggap sebagai sesuatu yang diperbolehkan selama orang tersebut berupaya yang terbaik dalam ibadahnya kepada Allah, termasuk berupaya dahulu mencari arah kiblat. Sedangkan kesempurnaan tentunya hanya terletak pada Allah.

Lantas, bagaimana jika penyimpangan dari arah kiblat itu besar atau sama sekali tidak menghadap ke kiblat saat sholat?

Menurut putusan yang dikeluarkan oleh badan pembuat keputusan agama tertinggi di Kerajaan Arab Saudi, "Jika seorang jamaah melakukan yang terbaik untuk mengidentifikasi arah kiblat dan sholat, kemudian dia mengetahui bahwa arahnya salah, sholatnya itu masih sah." (Fataawa Al-Lajnah Al-Daa'imah-6/314)

Dengan demikian, berlainan atau sedikit penyimpangan arah kiblat seharusnya tidak menjadi sebuah pertengkaran, selama umat Islam telah melakukan upaya dan memiliki kesungguhan untuk mencoba mencari arah kiblat yang benar. Kalau pun ternyata keliru, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement