Pada 1966 Syanwani sempat menempuh ujian persamaan mualimin di Kubang, Petir, Serang. Di sini, dirinya berdakwah melalui organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Itu dilakukan atas dorongan alumni Pesantren Tebuireng yang menggiatkan NU di Banten.
Dalam lingkup jam'iyah tersebut, Kiai Syanwani menjadi wakil rais syuriah Kabupaten Serang. Ia juga dipercaya untuk memimpin lembaga Ittihadul Muballighin (Persatuan Mubaligh) daerah setempat.
Pada 1968, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya. Perjalanan sebulan lamanya ditempuh dengan menggunakan kapal laut dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, hingga Arab Saudi.
Sepulang dari berhaji, Kiai Syanwani meneruskan pengembangan pesantrennya ke arah yang lebih maju. Selain itu, ia juga menggelar pengajian setiap Jumat pagi (jam'iyahan) untuk kalangan kiai dan ustaz muda.
Pada Jumat sore ia menyediakan waktu untuk mengisi pengajian yang diikuti oleh jamaah ibu-ibu. Semua itu sudah menjadi rutinitas baginya hingga ajal menjemput pada 1993.