Kamis 09 Sep 2021 18:47 WIB

Syekh Abdurrahman Al-Khalidi, Cahaya dari Batuhampar (II)

Masa yang ditempuh Syekh Abdurrahman dalam mengadakan rihlah keilmuan ialah 48 tahun.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Surau tua (ilustrasi).
Foto:

Dalam buku Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, Prof Azyumardi Azra menjelaskan, sistem yang dibangun Syekh Abdurrahman me rupakan surau besar.

Secara garis besar, metode pengajaran yang diterapkan di sana tak ubahnya kebanyakan pesantren di Jawa.Guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini mene rangkan, Surau Batuhampar telah me wariskan kekayaaan historis yang luar biasa.Legasi sang syekh dinilai berhasil mencetak generasi alim ulama di Minangkabau. 

Azra menyimpulkan, surau yang dibangun Syekh Abdurrahman di Batuhampar itu dapat dikatakan sebagai model atau representasi sistem `pesantren' alaMinangkabau.Memang, diakuinya, banyak surau lain di Sumatra Barat pada periode yang sama dengan Surau Batuhampar. Namun, menurut dia, dari segi kelengkapan sarana dan fasilitas, surau yang didirikan sang syekh itulah tetap nomor wahid. 

 

Selama hidupnya, Syekh Abdurrahman telah mendidik ribuan orang dengan sistem pendidikan surau yang digagasnya. Banyak muridnya yang kemudian mengikuti jejaknya menjadi ulama-ulama besar. Di antaranya adalah Syeikh Salim Batubara, Syekh Ibrahim Kubang, dan Syekh Sulaiman Ar Rasuli (Inyiak Canduang). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement