Meskipun dia tidak ingat menghadapi banyak contoh diskriminasi etnis saat tumbuh dewasa, ada satu momen ketika dia kembali ke sekolah umum setelah lima tahun belajar di rumah. "Saya ingat ketika kelas 5 kami berbicara tentang 9/11. Ada lelucon tertentu yang dibuat karena orang-orang bisa tahu saya berkulit coklat atau Muslim. Satu-satunya saat Muslim benar-benar dibicarakan adalah ketika itu tentang terorisme, yang pada awalnya menyinari mereka dengan sangat negatif," tutur dia.
Khan bergabung dengan Elon Muslim Life tidak hanya untuk melanjutkan keimanannya, tetapi juga untuk berdiskusi tentang perbedaan yang dihadapi Muslim di Amerika setelah 9/11. Khan menyarankan langkah pertama dalam memerangi asosiasi negatif dengan identitas Muslim adalah melakukan dialog untuk memahami kebaikan dan penghargaan terhadap Islam.
"Saya pikir masalah terbesar adalah orang tidak mau belajar lebih banyak atau berusaha untuk mengenal lebih banyak. Beberapa orang tidak benar-benar memahami beban mental yang dialami seseorang ketika Anda terus-menerus dipukuli," ujar Khan.
Imam Shane Atkinson dari Elon Muslim Life mengatakan, saat ia berduka atas 2.977 nyawa yang hilang dari 9/11 setiap tahun, ia juga berduka atas hilangnya hubungan dengan keluarganya dari berbagai tradisi agama.
"Sebagian besar Muslim bukanlah teroris. Namun, sebagian besar korban ekstremisme Islam adalah Muslim. Namun, suara-suara kepemimpinan Islam yang tak terhitung jumlahnya yang berbicara menentang ekstremisme diabaikan, dan suara-suara minoritas kebencian diperkuat di media," kata Atkinson.