"Kesehatan seluruh warga dunia termasuk pesantren saat ini betul-betul diuji, ini menjadi keprihatinan kita semua. Sejauh mana tingkat resiliensi dan ketahanan dalam menghadapi pandemi adalah tanggung jawab kita semua," jelasnya.
Bagaimanapun, kata Waryono, pandemi Covid-19 ini berdampak multidimensi, baik itu dampak perubahan dari sisi spiritual, perubahan dampak sisi sosial, dampak finansial, dampak pendidikan, dampak kesehatan fisik dan mental, bahkan dampak keluarga. Sementara pondok pesantren sendiri memiliki kemampuan berbeda-beda dalam kesiapan menghadapinya.
"Pandemi banyak memberi pelajaran kepada kita untuk muhasabah. Mengukur kembali tingkat kesiapan kita seperti apa? Karenanya santri-santri PBSB yang di kesehatan harus menjelaskan secara komprehensif, memberikan pemahaman yang relevan dan kontekstual tentang pentingnya kesehatan, terlebih dalam arus informasi yang deras saat ini masyarakat memerlukan sumber informasi yang benar," ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala Subdirektorat Pendidikan Pesantren, Basnang Said, menjelaskan, kegiatan penyusunan pedoman perilaku hidup bersih sehat pesantren ini dilaksanakan untuk melahirkan beberapa macam output. Pertama adalah mematangkan aplikasi Medis Santri (Medisa) yang merupakan platform layanan kesehatan bagi masyarakat pesantren. Pengelola aplikasi ini nanti akan melibatkan dokter-dokter santri alumni PBSB. Aplikasi Medisa rencananya akan luncurkan pada 21 Oktober 2021 saat puncak peringatan Hari Santri Nasional 2021.