IHRAM.CO.ID, LONDON – Penulis yang diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden Prancis telah memicu kontroversi baru dengan menyerukan larangan nama-nama Muslim seperti Muhammad. Terkenal karena penampilan dan esainya di TV, Eric Zemmour telah menciptakan kultus kepribadian melalui seruan untuk menghentikan imigrasi dan menegakkan integrasi di Prancis.
Dia sering menyerukan umat Islam untuk mengadopsi adat dan budaya tradisional Prancis. Menjelang peluncuran buku terbarunya La France N'a Pas Dit Son Dernier Mot (Prancis belum mengatakan kata terakhirnya), Zemmour mengatakan jika dia terpilih sebagai presiden, dia akan memulihkan undang-undang yang diperkenalkan oleh Napoleon Bonaparte.
Undang-undang tersebut dihapus oleh Eks Presiden Francois Mitterrand pada tahun 1993 yang hanya mengizinkan nama-nama dari kalender orang-orang kudus Kristen dan orang-orang dari “sejarah kuno.”
“Saya akan menegakkan kembali hukum 1803. Seorang pria Prancis tidak akan lagi memiliki hak untuk memanggil putranya Muhammad,” kata Zemmour, dilansir Arab News, Kamis (16/9).
Zemmour menyebut generasi imigran sebelumnya mengubah nama warga Prancis. Dia mengungkapkan kekesalannya setelah tiga generasi, orang-orang masih memanggil anak mereka dengan sebutan Muhammad.
Perwira Polisi Prancis kelahiran Mali Abdoulaye Kanté menelepon sebuah stasiun radio untuk menanggapi komentar Zemmour. “Apakah Eric Zemmour mampu mengatakan itu kepada Ahmed Merbet, seorang perwira polisi yang dibunuh oleh teroris Islam pada tahun 2015 di Paris atau kepada Imad ibn Ziaten, seorang tentara yang ditembak mati oleh seorang teroris Islam di Toulouse pada tahun 2012?” kata Kante.