Kamis 16 Sep 2021 13:49 WIB

Peran Qatar Sebagai Mediator Antara AS dan Taliban

Saudi dan UEA tidak bisa menjadi mediator karena dinilai tidak netral

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Penerbangan Qatar Airways lepas landas saat operasi penerbangan internasional dilanjutkan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, 09 September 2021.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Penerbangan Qatar Airways lepas landas saat operasi penerbangan internasional dilanjutkan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, 09 September 2021.

IHRAM.CO.ID, KABUL – Perseteruan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Taliban telah berlangsung lama. Tak ada jalan perdamaian untuk mengakhiri perang, termasuk sulitnya menemukan mediator yang tepat. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) tidak bisa menjadi mediator karena dinilai dari perspektif Amerika mereka tidak netral.

Pada tahun 2013, pembicaraan dimulai di Doha, Qatar. Lebih dari 20 perwakilan Taliban dan beberapa anggota keluarga mereka tinggal di kompleks pribadi di luar Doha. Dari waktu ke waktu, mereka terlihat di hotel untuk rapat, atau berbelanja di mal lokal. Tujuannya adalah untuk mewujudkan rekonsiliasi di Afghanistan dengan memfasilitasi negosiasi antara pemerintah Afghanistan dan Taliban.

Dari perspektif Qatar, perannya sebagai lawan bicara dan tuan rumah bagi Taliban mengambil nilai terbesarnya setelah blokade negara pada Juni 2017 oleh saingan regional. UEA, Arab Saudi, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan perdagangan dan diplomatik dengan Qatar dan menolak akses negara itu ke wilayah udara mereka sebagai hukuman atas apa yang mereka klaim sebagai dukungan Qatar terhadap kelompok-kelompok militan dan hubungannya dengan Iran, di antara tuduhan lainnya.

Rekan untuk Timur Tengah di Institut Kebijakan Publik Baker Universitas Rice, Kristian Coates Ulrichsen, mengatakan Qatar seperti semua negara Teluk, telah melihat hubungan AS sebagai landasan kemitraan keamanan dan pertahanannya.

Selain meningkatkan pengeluarannya untuk melobi setelah blokade, Qatar meluncurkan dan membayar perluasan Pangkalan Udara al-Udeid, fasilitas militer AS terbesar di Timur Tengah. Hal ini guna meningkatkan kerja sama dalam berbagai masalah di seluruh pemerintah AS untuk memastikan hubungannya dengan AS.

Dilansir Middle East Eye, Kamis (16/9), AS butuh peran Qatar dalam berkomunikasi dengan Taliban. Ini terlihat dari Eks Presiden AS Donald Trump yang membutuhkan Qatar untuk mencoba memenuhi janji kampanyenya untuk mengakhiri perang di Afghanistan. Tahun lalu di Doha, AS dan Taliban menandatangani perjanjian untuk penarikan semua pasukan AS pada Mei tahun ini.

Niat baik yang dipupuk oleh peran Qatar di Afghanistan akan berarti bahwa pintu ke investasi barat yang menguntungkan di Afghanistan tetap terbuka lebar. Mungkin yang paling kritis, ada juga perasaan Qatar akan lebih aman dalam setiap krisis di masa depan karena sekarang memiliki semacam kredit dengan kekuatan besar.

Jika Taliban menerapkan kembali aturan brutalnya, hubungan Qatar dengan kelompok itu bisa sangat merusak dan akan memberanikan mereka yang sudah berpendapat bahwa negara memberdayakan teroris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement