Pada 28 Mei 1918, sebuah pertemuan bersejarah di Tbilisi mengadopsi Deklarasi Kemerdekaan Azerbaijan, yang terdiri dari enam pasal, menjadikan Azerbaijan Republik Parlementer pertama di Timur Muslim.
Menjadi mercusuar harapan bagi gerakan kemerdekaan Azerbaijan di abad ke-20 dengan ucapannya, "Sekali dikibarkan, bendera tidak pernah jatuh!" Rasulzade memainkan peran kunci dalam pembentukan identitas Azerbaijan modern.
Pemerintah yang dipimpin Khoyski kemudian datang ke Ganja pada bulan Juni, dan tidak bisa datang langsung ke Baku karena kota itu saat itu dikuasai oleh militan Armenia dan Bolshevik. Negara yang baru didirikan itu berhasil membentuk tentara nasional pada 26 Juni 1918.
Tentara Islam Kaukasia datang untuk membantu orang-orang Azerbaijan di Ganja atas permohonan mereka ke Kekaisaran Ottoman, dan menyelesaikan misinya pada bulan September di Baku setelah membebaskan kota.
Pada Desember 1918, keputusan pertama Parlemen Azerbaijan yang baru dibentuk adalah menempatkan sebuah monumen untuk "tentara dan perwira Ottoman yang syahid" di lokasi tertinggi di Baku. Meskipun rencananya telah disiapkan, pendudukan Soviet pada April 1920 tidak mengizinkan pembangunannya. Akhirnya, monumen itu didirikan pada 1999-2000.
Republik Demokratik Azerbaijan digulingkan setelah hampir dua tahun oleh Uni Soviet, dan negara itu memulihkan kemerdekaannya hanya setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Turki adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Azerbaijan, dan Baku membuka kedutaan besarnya di Turki pada 1992.