IHRAM.CO.ID, Pada zaman pendudukan Jepang, Asmah Syahruni aktif di Fujinkai, perkumpulan bentukan Dai Nippon di daerah-daerah yang dikepalai bupati. Saat itu, semua organisasi perempuan pribumi yang sebelumnya ada dibubarkan.
Akibat kekalahan Jepang dalam kancah Perang Dunia II, situasi menjadi tak menentu. Asmah saat itu aktif dalam perjuangan menyongsong Indonesia merdeka. Di luar aktivitasnya sebagai guru, dia juga menjadi penghubung antara pasukan gerilya di pedalaman dan kota.
Salah satu tugasnya, menyalurkan pasokan makanan untuk para tentara dan milisi yang sedang turun ke medan perang. Sesudah Indonesia merdeka, Asmah dan suaminya tetap aktif di pergerakan kebangsaan.
Ketika NU memutuskan untuk keluar dari Masyumi, inilah tonggak baru dalam kehidupan para aktivis, termasuk Asmah. NU akhirnya menjadi sebuah partai politik pada 1952. Asmah kemudian aktif di Muslimat NU untuk berkiprah lebih luas.