IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Menjadi seniman kaligrafi khususnya untuk tirai Kabah, situs suci umat Islam merupakan suatu pencapaian bagi Khudair al-Borsadi. Dia adalah pria Mesir yang lahir di Port Said pada tahun 1947. Kala itu, masyarakat Mesir sedang berperang melawan pendudukan dan kolonialisme Inggris.
Meskipun masih anak-anak, al-Borsadi termasuk orang pertama yang menulis slogan-slogan melawan Inggris di tembok kota. Itulah awal mula ia mencintai seni kaligrafi Arab.
Dia belajar instruksi pertama dari saudaranya bernama Mohmmed sekitar usia lima tahun dan kemudian menulis slogan di dinding, bangunan, dan aspal melawan kolonialisme Inggris.
Saat ia berusia enam tahun, al-Borsadi masuk sekolah dasar dan mulai menunjukkan bakat seni kaligrafinya di papan tulis menggunakan kapur. Saat itu, ia belum mendapat pengetahuan dan pelajaran resmi soal kaligrafi.
Pada usia sepuluh tahun, dia mulai menulis buletin dan nama bisnis di depan toko. Saat itu ia telah memperoleh kemampuan menulis kaligrafi. Untuk mendalami kemampuan kaligrafinya, ia belajar di Sekolah Tanta dan mendapat ijazah kaligrafi Arab. Kemudian ia melanjutkan studi diplomanya di Sekolah Khalil Agha di Kairo.
Al-Borsaidi adalah salah satu pelopor kaligrafi Arab di era modern dan dikenal sebagai sheikh kaligrafi Mesir. Terlebih, ia terkenal dengan lukisan kaligrafinya dan karyanya yang digunakan pada tirai Kabah. Tulisannya tentang Alquran juga telah ditampilkan di program televisi.
Dilansir IQNA, Selasa (21/9), ia menerima penghargaan tertinggi dari pemerintah Mesir pada tahun 1984 dan juga dihormati di Festival Musik Arab ke-6 pada tahun 1997. Kementerian Kebudayaan Mesir menghormati al-Borsaidi pada tahun 2000 dalam sebuah festival kaligrafi Arab.
Dia telah memperoleh banyak penghargaan lain dari berbagai negara termasuk Kuwait, Cina, dan Uni Emirat Arab (UEA). Pada Agustus lalu, al-Borsaidi menawarkan hadiah koleksi lukisan kaligrafinya yang berharga dan langka kepada Bibliotheca Alexandrina. Paket hadiah itu termasuk 30 lukisan dan menampilkan seni tingkat atas karena ia menggunakan motif Arab, Persia, dan Ottoman yang berbeda untuk menghias kaligrafi.