Kamis 30 Sep 2021 14:48 WIB

Allah tidak Menyukai Orang yang Berkata Buruk

Allah tidak menyukai orang yang suka berkata buruk

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Lafadz Allah
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Lafadz Allah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Di era digital banyak orang mengucapkan perkataan yang buruk lewat media sosial maupun secara langsung, dampak buruknya bisa mengadu domba masyarakat. Padahal agama Islam telah mengajarkan umat manusia untuk selalu berkata yang baik-baik kepada orang lain.

Sebab Allah tidak menyukai orang yang suka berkata buruk sebagaimana dijelaskan dalam Surah An-Nisa Ayat 148.

 لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الْجَهْرَ بِالسُّوْۤءِ مِنَ الْقَوْلِ اِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًا عَلِيْمًا

Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS An-Nisa: 148)

Tafsir Kementerian Agama menerangkan ayat ini, Allah tidak menyukai hamba-Nya yang melontarkan kata-kata buruk kepada siapapun. Kata buruk dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara anggota masyarakat dan jika berlarut-larut dapat menjurus kepada pengingkaran hak dan pertumpahan darah, dan dapat pula mempengaruhi orang yang mendengarnya untuk meniru perbuatan itu, terutama bila perbuatan itu dilakukan oleh pemimpin.

Allah tidak menyukai sesuatu, berarti Allah tidak meridhoinya dan tidak memberinya pahala. Dalam hal ini dikecualikan orang yang dianiaya. Jika seseorang dianiaya, dia diperbolehkan mengadukan orang yang menganiayanya kepada hakim atau kepada orang lain yang dapat memberi pertolongan dalam menghilangkan kezaliman.

Jika seseorang dianiaya lalu ia menyampaikan pengaduan, tentu saja pengaduan itu dengan menyebutkan keburukan-keburukan orang yang menganiayanya. Maka dalam hal ini ada dua kemungkinan. Pertama, orang yang teraniaya melontarkan ucapan-ucapan buruk terhadap seseorang yang menganiayanya. Hal ini dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian antara kedua belah pihak. Kedua, bila orang yang dianiaya itu mendiamkan saja, maka kezaliman akan tambah memuncak dan keadilan akan lenyap.

Karena itu Allah mengizinkan dalam ayat ini bagi orang yang teraniaya melontarkan ucapan dan tuduhan tentang keburukan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang yang menganiaya walaupun akan mengakibatkan kebencian, karena membiarkan penganiayaan adalah lebih buruk akibatnya, sesuai dengan kaidah. "Melakukan yang lebih ringan mudaratnya di antara dua kemudaratan."

Orang yang dianiaya wajib menyampaikan pengaduannya kepada hakim atau lainnya. Seseorang yang zalim jika tidak diambil tindakan yang tegas terhadapnya, kezalimannya akan bertambah luas.

Tetapi jika tidak ada maksud untuk menghilangkan kezaliman, seseorang dilarang keras melontarkan ucapan-ucapan yang buruk.

Dalam ayat ini diperingatkan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui setiap ucapan yang dikeluarkan oleh orang yang zalim dan orang yang dianiaya, terutama jika mereka melampaui batas sampai melontarkan pengaduan yang dusta atau bersifat menghasut dan mengadu domba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement