Lapid kemudian bertemu dengan mitranya dari Bahrain Abdullatif al-Zayani. "Kami berbicara tentang kerja sama antara negara kami dan tentang perdamaian resmi di antara kami dan mengubahnya menjadi persahabatan yang aktif, ekonomi, keamanan, politik dan sipil," cicitnya.
Setelah negosiasi yang dipelopori oleh mantan Presiden AS Donald Trump, Uni Emirat Arab, diikuti dengan cepat oleh Bahrain dan Maroko yang tahun lalu menjadi negara Arab pertama dalam beberapa dekade yang menormalkan hubungan dengan Israel. Kesepakatan itu membuat marah orang-orang Palestina sebab merasa dikhianati oleh tujuan nasional mereka.
Palestina melihatnya sebagai pengabaian komitmen lama di dunia Arab untuk tidak menormalkan hubungan dengan Israel sampai ada kemajuan dalam menyelesaikan pendudukan selama puluhan tahun atas tanah Palestina. Israel sebelumnya telah mencapai perjanjian damai dengan negara tetangga Mesir dan Yordania.
Menolak berhubungan dengan Israel, para pengunjuk rasa pun membakar ban di pinggiran Manama Kamis pagi. Aksi ini menimbulkan awan asap hitam ke udara, dan tagar #BahrainRejectsZionists dalam bahasa Arab beredar di media sosial.
Keamanan ekstra ditempatkan di rute menuju bandara dan tidak ada bendera Israel yang terlihat di jalan-jalan utama. Aktivis oposisi telah menyerukan protes lebih lanjut pada hari Kamis.
"Kunjungan Menlu Israel ke Bahrain adalah tindakan yang dengan tegas ditolak, dikutuk dan dikecam oleh rakyat Bahrain," kata Sheikh Hussein al-Daih, wakil sekretaris jenderal oposisi Masyarakat Islam Nasional Al-Wefaq.