IHRAM.CO.ID, KARACHI – Masjid Turk yang terletak di kota Karachi, Pakistan memperlihatkan arsitektur bangunan Turki dan Dinasti Mughal kepada pengunjung. Dari jarak yang jauh, orang bisa melihat empat menara tinggi bercat hijau dari masjid yang berbentuk persegi, struktur khas Turki.
Dibangun pada tahun 1863, masjid yang memiliki tiga lantai ini telah mengalami beberapa renovasi dan perluasan selama beberapa dekade. Menurut Kepala Komita Urusan Masjid Syed Ashraf Shah, tadinya masjid hanya memiliki satu lantai yang dicat hijau. Namun, seiring bertambahnya jumlah jamaah, dibangun dua lantai lagi.
Aula utama, tempat imam memimpin sholat terletak di lantai dasar. Lampu gantung cermin putih besar tergantung di tengah aula. Sementara lampu hias kecil menempel di pilar di kedua sisi yang menambah keindahan situs.
Mehrab atau ceruk di dinding masjid yang menunjukkan arah Makkah, dihiasi dengan hiasan cermin kecil. Di tepi Mehrab, terdapat nama empat khalifah Muslim terukir dalam warna hijau. Sebuah papan dengan ayat-ayat Alquran dalam bahasa Arab dan terjemahannya dalam bahasa Hindi juga digantung di sisi kanan dinding.
Batu-batu kuning yang kini mulai memudar digunakan untuk konstruksi pilar-pilar berbentuk lengkung sedangkan lantainya dilapisi marmer putih. “Ini bukan lantai aslinya. Lantai asli yang juga terbuat dari batu kuning hancur karena kerusakan waktu sehingga dibangun kembali sekitar 20 tahun yang lalu,” kata Muazin Mohammad Amjad Saeedi.
Sebuah plakat yang didirikan di atas salah satu gerbang masuk bertuliskan masjid ini dibangun pada tahun 1280 Hijriah. Namun, di plakat itu tidak ada yang disebutkan tentang pembangunnya.
Menurut Shah yang keluarganya telah mengurus urusan masjid sejak 1940, pandangan sejarah yang paling populer adalah masjid dibangun oleh pemerintah Turki setelah kunjungan delegasi Turki ke daerah yang saat itu didominasi Hindu. Sampai akhir 1970-an, masjid berfungsi sebagai sekolah yang diisi dengan murid lelaki dan perempuan.
Shah yang lahir dan besar di lingkungan itu dan menerima pendidikan dasarnya di Masjid, mengingat bahwa sekolah di lantai satu telah ditutup pada tahun 1978 karena alasan yang tidak diketahui. “Saya belajar di sini sampai kelas empat dan setelah itu ditutup. Saya tidak ingat apa alasannya, tetapi bisa jadi karena pembukaan banyak sekolah baru di daerah tersebut atau kurangnya dana,” ujar dia.
Dilansir Anadolu Agency, Jumat (1/10), Shah masih ingat betul imam masjid terakhir yang berasal dari Turki bernama Abdul Malik Turk yang fasih berbicara bahasa Persia. Dia meninggal pada akhir 1970-an dan telah menetap pada akhir abad ke-19. Sementara anggota terakhir keluarga Turki, yaitu putra Malik pindah ke Amerika enam tahun lalu.
“Banyak orang menginginkan struktur ini dibongkar dan diganti dengan struktur masjid modern. Tapi itu adalah sesuatu yang tidak kami inginkan karena itu mengingatkan kami pada hubungan dengan Turki dan rakyatnya,” ucap Shah.
Shah menjelaskan rakyat Pakistan memiliki hubungan panjang dengan orang Turki. Menurut dia, orang Turki sudah seperti saudara rakyat Pakistan. Secara resmi, masjid berada di bawah kendali departemen urusan agama pemerintah provinsi. Meski begitu, pemerintah tidak berkontribusi apa pun dalam kebutuhan sehari-hari.
“Warga dan pengusaha lokal yang menanggung biaya masjid,” tambahnya.