Selasa 05 Oct 2021 17:40 WIB

KH Muslih Al-Maraqi Ulama Berjiwa Patriot (I)

Kecintaan KH Muslih al-Maraqi terhadap Tanah Air begitu nyata.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Saat menjadi santri Kiai Ibrahim, Muslih sempat diajak menunaikan ibadah haji. Namun, saat itu dirinya merasa belum cukup ilmu. Karena itu, kesempatan itu ditolaknya dengan halus. Ia memilih menjadi seorang santri kelana. Dari satu pesantren ke pesantren lainnya di Tanah Jawa, Muslih muda menuntut ilmu-ilmu agama.

Pesantren yang pernah menjadi tempat memperdalam ilmu agamanya adalah Pesantren Mangkang Kulon. Selanjutnya, ia juga berguru kepada Kiai Zubair Dahlan dan Syekh Imam di Sarang. Selama di Rembang, ia menjadi santri kalong di pesantren yang diasuh Kiai Ma'shum Lasem.

Ia sangat giat belajar. Pada 1931, Muslih sempat pulang ke kampung halamannya untuk mengabdikan ilmunya di pesantren keluarganya di Mranggen. Namun, setelah beberapa tahun di Mranggen, ia kembali menuntut ilmu di Pesantren Tremas yang saat itu diasuh Kiai Dimyati. 

 

Di Pesantren Tremas, Muslih mulai mempelajari kitab Alfiyah secara otodidak selama tujuh hari. Untuk itu, tidak pernah dirinya keluar dari ka mar. Selama beberapa jam waktu dihabiskannya untuk menelaah kitab karangan Ibnu Malik itu. Dengan usahanya itu, ia mampu menguasai karya tersebut secara baik dan sempurna. Hingga akhirnya, ia pun menjadi seorang ahli fikih, hadis, ushul fikih, ulumul qur'an, hingga ilmu-ilmu alat, seperti nahwu dan sharaf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement