Rabu 06 Oct 2021 05:35 WIB

Soedirman, Santri yang Jadi Jenderal Bintang Lima

Soedirman bahkan diketahui pernah menjadi Guru hingga Kepala Sekolah HIS Muhammadiyah

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Agung Sasongko
Patung gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman dipajang di halaman pintu masuk Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Rabu (3/3). Patung Panglima Besar Tidak Pernah Sakit ini karya pematung Yusman. Dipasang di pintu masuk Benteng Vredeburg dalam rangka memperingati serangan umum 1 Maret di Yogyakarta.
Foto:

Pidato Soedirman kepada pemuda saat membina di Kepanduan Muhammadiyah, Hizbul Wathan juga jadi salah satu bukti pemahamannya akan agama. “Wahai para Pemuda Muhammadiyah, ada dua pilihan penting dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, yang pertama iskhariman, yakni hidup yang mulia. Dan yang kedua adalah musyahidan, yakni mati syahid. Kalian memilih yang mana?, " kata Soedirman. 

“Kalau memilih iskhariman, bagaimana syaratnya?” kata Hardjomartono menanggapi. 

Soedirman menjawab, “Kamu harus selalu beribadah dan berjuang untuk agama Islam.” 

“Bagaimana kalau pilih musyahidan?” timpal Hardjomartono. 

Soedirman kembali menjawab, “Kamu harus berjuang melawan setiap bentuk kebatilan dan berjuang untuk memajukan Islam.” 

“Jadi, semua harus berjuang?” sambung Hardjomartono. 

Soedirman menjawab, “Kedua pilihan itu seimbang. Kita akan mendapatkan semua kalau mau, sebab seorang yang mendapatkan kemuliaan tentu harus berlaku sesuai ajaran dan berjuang di jalan Islam. Salah satu musuh penghalangnya saat ini adalah penjajahan. Karena itu, agar pemuda mendapatkan kemuliaan maka harus bersiap untuk berjuang, siap syahid untuk mendapatkan kemerdekaan, para pemuda harus berani untuk jihad fisabillilah.” terangnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement