Senin 11 Oct 2021 06:10 WIB

Begini Cara Masjid Georgia Tengah Satukan Masyarakat

Pada 1980-an di Georgia Tengah, umat Islam membutuhkan tempat untuk sholat.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Muslim Amerika

“Satu hal yang menyatukan mereka adalah cinta kepada Tuhan dan cinta pada kemanusiaan,” katanya.

Berasal dari Guinea, Fofana pindah ke Amerika Serikat pada 2007 dari Malaysia untuk menjadi imam Islamic Center. Ia tidak pernah berpikir akan pindah. Selama ini, ia hanya berpikir untuk lulus dan kembali ke negara asalnya untuk mengabdi.

Komunitas Georgia Tengah diketahui tengah kekurangan imam. Karena itu, ia harus membuat pilihan apakah kembali ke negara yang memiliki banyak imam atau pindah ke negara yang membutuhkannya.

Fofana juga ingin anak-anaknya memiliki kesempatan yang lebih baik dalam mengenyam pendidikan dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Keluarganya menjadi warga negara AS pada 2015 dan 2016. Kedua putrinya telah lulus dari University of Georgia, sementara anak lelakinya saat ini sedang kuliah.

Fofana berharap orang-orang akan mengerti Muslim Amerika sama seperti warga negara lainnya. Mereka berkontribusi pada mereka menyekolahkan anak-anak mereka dan ingin hidup aman serta bahagia.

Bersama Pendeta Scott Dickison dari First Baptist Church of Christ di Macon, Rabi Larry Schlesinger dari Temple Beth Israel, serta Bill Bagwell dari Trinity United Methodist Church, Fofana mulai bertemu beberapa tahun yang lalu untuk mencoba menyatukan komunitas dan mendidik orang tentang agama yang berbeda.

“Tentu saja jika Anda tidak tahu apa-apa, Anda cenderung takut. Kita harus bisa mendobrak hambatan itu dan membangun jembatan,” kata Fofana.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement