Senin 11 Oct 2021 16:20 WIB

PTM di Pondok Pesantren Kota Bogor Dipantau

Pondok pesantren dinilai rawan akan penyebaran Covid-19

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Esthi Maharani
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto

IHRAM.CO.ID, BOGOR -- Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di pondok pesantren atau boarding school di Kota Bogor akan dipantau. Sebab, pondok pesantren dinilai rawan akan penyebaran Covid-19 dibandingkan di tempat lain.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto meminta agar PTM di pondok pesantren menerapkan sistem yang ketat dan tegas. Hal itu disampaikannya ketika meninjau PTM di Bintang Pelajar International Boarding School (BP IBS), Tanah Sareal, Kota Bogor.

“Karena boarding ini kan rawan dibanding tempat lain. Saya lihat ini (BP IBS) dengan tegas melakukan sistem isolasi. Artinya (siswa) tidsk boleh keluar, dan orangtua juga tidak boleh masuk,” ujar Bima Arya kepada wartawan, Senin (11/10).

Di samping itu, dia menilai sistem penanganan Covid-19 di BP IBS sangat cepat. Mengingat beberapa bulan lalu belasan orang di BP IBS terpapar Covid-19 dan menjadi klaster. Namun, saat ini Bima Arya menilai, sistem antisipasi di BP IBS lengkap mulai dari tim kesehatan untuk memantau karantina, serta mitigasi. Sehingga, jika ada yang kembali terpapar Covid-19, baik siswa maupun pengurus bisa tertangani dengan cepat.

“Bahkan anak-anak ini diarahkan bukan hanya protokol kesehatan, tapi juga dibuat happy (gembira) supaya imunitasnya tinggi,” tutur Bima Arya.

Kepala Sekolah SMP BP IBS, Mardanih mengatakan, pihaknya menerapkan prosedur ketat untuk pengantaran siswa. Antara lain, orangtua hanya bisa mengantar anak tanpa turun dari kendaraan, atau drive thru. Serta tidak diizinkan masuk ke sekolah.

Selain itu, sambung dia, dilakukan double screening kepada para siswa. Meski para siswa sudah melaksanakan swab test antigen, mereka akan diminta melaksanakan swab test antihen di sekolah untuk menghindari adanya hasil swab palsu.

“Kemudian juga pascakedatangan selama 10 hari anak-anak kita isolasi dulu, jadi tidak interaksi dulu dengan guru. Juga kita syaratkan anak-anak yang bisa check in hanya anak-anak yang sudah divaksinasi lengkap,” ujarnya.

Di samping itu, BP IBS juga melakukan obervasi kepada guru, untuk memastikan zero case atau nol kasus Covid-19. Hal itu dilakukan untuk meminimalisasi banyaknya penghuni yang dikhawatirkan kembali terpapar Covid-19.

“Jadi semester lalu kita qadarullah diuji oleh Allah ada kasus positif peserta didik Akhwat, dan Alhamdulillah kita sigap menangani dengan membawa ke tempat isolasi, dikabarkan ke orangtua, dan evaluasi secara berkala,” ujar Mardanih.

“Proses ini merupakan perjalanan panjang dari awal kita evaluasi. Kemudian ada ujian kita evaluasi dan Alhamdulillah kita terus memperbaiki protokol hingga zero point case,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement