IHRAM.CO.ID, ISTANBUL -- Pergeseran sedang berlangsung di Timur Tengah di mana sekutu Arab, Amerika Serikat memberikan perhatian kepada pemimpin Suriah dengan menghidupkan kembali hubungan ekonomi dan diplomatik.
Perpanjangan masa kepresidenan Assad yang berusia dua dekade dalam pemilihan pada Mei tidak banyak mematahkan status parianya di antara negara-negara Barat, tetapi bagi sesama pemimpin Arab menerima kenyataan bahwa ia mempertahankan cengkeraman yang kuat pada kekuasaan.
Penarikan AS yang kacau dari Afghanistan telah memperkuat keyakinan di antara para pemimpin Arab bahwa mereka perlu menentukan arah mereka sendiri. Karena AS kini tengah disibukkan dengan tantangan China.
Pemimpin Arab didorong oleh prioritas mereka sendiri, terutama bagaimana merehabilitasi ekonomi yang dihantam oleh konflik bertahun-tahun dan pandemi Covid-19.
Pertimbangan politik juga tampak dilakukan pemerintah Mesir, Yordania dan UEA, termasuk pendukung paling kuat Assad, Rusia, yang telah mendesak untuk reintegrasi Suriah, dan bagaimana melawan pengaruh yang diukir di Suriah oleh Iran dan Turki.
Tapi sementara tanda-tanda pemulihan hubungan Arab dengan Damaskus tumbuh, Raja Abdullah dari Yordania berbicara kepada Assad untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.