IHRAM.CO.ID, BAGHDAD — Hasil awal pemilihan parlemen Irak menunjukkan bahwa 97 perempuan memenangkan kursi di parlemen mendatang. Menurut konstitusi Irak, perempuan dijamin tidak kurang dari 25 persen dari 329 kursi di parlemen untuk memastikan keterwakilan perempuan di semua badan pembuat keputusan.
“Keberhasilan perempuan mencapai parlemen baru adalah hasil alami dari upaya para perempuan yang menunjukkan keberanian dan tekad untuk berpartisipasi aktif, dan pengalaman mereka hari ini adalah kemenangan bagi perempuan Irak dan sumber kebanggaan bagi semua,” kata Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Jenderal Dewan Menteri, Yusra Mohsin.
Menurut analisis hasil awal, ada 14 kursi lebih banyak dari kuota yang ditetapkan (83 kursi) untuk perempuan, termasuk pemenang untuk minoritas. Menurutnya ini dilakukan agar perempuan-perempuan di Irak dapat berpartisipasi dalam berbagai tahapan proses politik.
“Pesan sebenarnya dari para perempuan pemenang tidak hanya untuk bergabung di parlemen, tetapi untuk berpartisipasi dalam berbagai tahapan proses politik dan pengambilan keputusan, selain memperjuangkan hak-hak perempuan,” kata Mohsin dilansir dari Saudi Gazette, Rabu (13/10).
Pada Senin (11/10), Komisi Pemilihan Tinggi Independen Irak (IHEC) mengumumkan hasil awal pemilihan parlemen awal, dengan Gerakan Sadrist yang dipimpin oleh ulama Syiah Moqtada al-Sadr memimpin dengan lebih dari 70 kursi.
Selanjutnya, aliansi politik yang dikenal sebagai Taqaddum, atau Kemajuan, yang dipimpin oleh ketua parlemen yang akan keluar Mohammed Al-Halbousi, memenangkan sekitar 40 kursi di Baghdad dan provinsi Sunni lainnya.
Pemilihan parlemen Irak, yang semula dijadwalkan pada 2022, diadakan lebih maju sebagai tanggapan atas protes berbulan-bulan terhadap korupsi, pemerintahan yang buruk, dan kurangnya layanan publik.
Dalam jajak pendapat pada Ahad (10/10), 3.249 kandidat bersaing secara individu dan dalam 167 partai dan koalisi untuk memenangkan 329 kursi di parlemen mendatang.