REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Keamanan Publik Israel Omer Bar Lev mengumumkan bahwa Temple Mount akan dibuka untuk pengunjung non-Muslim untuk berkunjung, bukan berdoa. Hanya saja, permintaan itu diabaikan oleh para beberapa orang Yahudi.
Kebaktian doa Yahudi di Temple Mount atau kompleks Al Aqsa ini terus berlanjut pada Rabu (20/10). Menurut Komite Organisasi Kuil, sebanyak 118 orang Yahudi mengunjungi situs tersebut, 80 orang di pagi hari dan 38 orang pada sore hari.
Kegiatan tersebut telah melanggar permintaan Bar Lev pada akhir pekan. Bar Lev menggelar pertemuan dengan pejabat senior polisi dan mengeluarkan pernyataan tentang larangan ibadah. Larangan itu berdasarkan status quo di Temple Mount sejak 1967 yang hanya mengizinkan Muslim beribadah di sana.
"Sesuai dengan situasi ini, Temple Mount akan dibuka untuk kunjungan non-Muslim tetapi tidak untuk berdoa," ujar Bar Lev dikutip dari JerusalemPost.
"Penting untuk bersikap tegas terhadap kelanjutan situasi adat sebagai pemerintah Israel didirikan pada 1967," kata Bar Lev.
Tapi, sejak penegasan itu, 108 pengunjung Yahudi mengunjungi situs tersebut pada Senin (18/10) dan 118 pada Rabu. Temple Mount ditutup untuk pengunjung non-Muslim pada Selasa (19/10) karena perayaan Muslim.
Juru bicara Komite Organisasi Temple Mount, Asaf Fried, mengatakan bahwa situasi di tempat kunjungan dan doa orang Yahudi tidak berubah sejak komentar Bar Lev. "Temple Mount tenang dan sunyi, setiap orang Yahudi yang datang dapat berdoa dengan tenang, dan ini terus berlanjut di Temple Mount sepanjang waktu," katanya.