IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Menahan lapar sudah menjadi kebiasaan Muhammad ﷺ muda. Dari rasa lapar inilah dia merenung dalam sehingga membentuk karakter Muhammad ﷺ muda tampil sederhana dan bersahaja.
"Yang diperlukannya dalam hidup ini asal dia masih dapat menyambung hidupnya. Bukankah dia juga yang pernah berkata, "Kami adalah golongan yang hanya makan bila merasa lapar, dan bila sudah makan tidak sampai kenyang?” tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad ﷺ.
Bukankah dia juga yang sudah dikenal orang hidup dalam kekurangan selalu dan minta supaya orang bergembira menghadapi penderitaan hidup?
Cara orang mengejar harta dengan serakah hendak memenuhi hawa nafsunya, sama sekali tidak pernah dikenal Muhammad ﷺ selama hidupnya. "Kenikmatan jiwa yang paling besar, ialah merasakan adanya keindahan alam ini dan mengajak orang merenungkannya," katanya.
Suatu kenikmatan besar, yang hanya sedikit saja dikenal orang. Kenikmatan yang dirasakan Nabi Muhammad ﷺ sejak masa pertumbuhannya yang mula-mula telah diperlihatkan dunia sejak masa mudanya adalah kenangan yang selalu hidup dalam jiwanya, yang mengajak orang hidup tidak hanya mementingkan dunia.
"Ini dimulai sejak kematian ayahnya ketika ia masih dalam kandungan, kemudian kematian ibunya, kemudian kematian kakeknya," katanya.
Kenikmatan demikian ini tidak memerlukan harta kekayaan yang besar, tetapi memerlukan suatu kekayaan jiwa yang kuat. Sehingga orang dapat mengetahui, bagaimana dia memelihara diri dan menyesuaikannya dengan kehidupan batin.
Andai kata pada waktu itu Muhammad ﷺ dibiarkan saja begitu, tentu takkan tertarik dia kepada harta. Dengan keadaannya itu dia akan tetap bahagia, seperti halnya dengan gembala-gembala pemikir, yang telah menggabungkan alam ke dalam diri mereka dan telah pula mereka berada dalam pelukan kalbu alam.
Akan tetapi Abu Talib pamannya hidup miskin dan banyak anak. Dari kemenakannya itu dia mengharapkan akan dapat memberikan tambahan rezeki yang akan diperoleh dari pemilik-pemilik kambing yang kambingnya digembalakan.