IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Anggito Abimanyu menyebut pihaknya siap meraih setiap peluang investasi yang berkaitan dengan haji dan umroh. Investasi ini bisa dilakukan baik di Indonesia, Arab Saudi, atau pasar global lainnya.
"BPKH adalah lembaga yang mengelola dana haji Indonesia langsung di bawah pengawasan Presiden Indonesia. Akumulasi dana yang kami kelola hari ini mencapai Rp 155 triliun," kata dia dalam webinar Konferensi Haji Internasional, Rabu (27/10).
Visi BPKH adalah menjadi lembaga dana haji terpercaya, guna mengoptimalkan dana haji dan melayani umat Islam Indonesia dengan lebih baik. Webinar ini berlangsung dalam rangkaian acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Ada tiga isu utama dalam pembahasan haji yang akan dibahas selama dua hari ke depan, 27-28 Oktober 2021.
Topik pertama adalah pengembangan instrumen investasi syariah, baik di bank syariah maupun instrumen syariah pasar modal. Selanjutnya, pengelolaan wisata religi haji dan umroh, serta terakhir membahas soal makanan dan layanan halal di industri haji dan umroh.
"Tiga area ini sangat penting untuk layanan haji dan umroh dan juga pembangunan ekonomi dan sosial kita," lanjutnya.
Sebagai salah satu dari lima rukun Islam, simpanan dana biaya haji harus menjadi instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah. Penyimpanannya disebut hanya bisa ditempatkan di bank syariah dan diinvestasikan pada instrumen syariah.
Oleh karena itu, Anggito menyebut sangat penting menjalin kerja sama dengan bank syariah yang ada, serta mencari kesempatan berinvestasi dalam berbagai instrumen syariah dan dukungan dari otoritas pasar keuangan syariah.
Selanjutnya, ia menilai penting untuk membahas kualitas layanan wisata haji dan umroh, disamping memperhatikan tingkat kepuasan jamaah sebagai pelanggan.
"Kita harus mempertimbangkan pentingnya fasilitas dan layanan yang dibutuhkan selama haji, sehubungan dengan persepsi jamaah yang sebenarnya, atau dari sisi permintaan," kata dia.
Sebelum menyebarnya pandemi Covid-19, jumlah jamaah umroh dan haji dari Indonesia meningkat setiap tahunnya. Salah satu aspek penting dari pengalaman ibadah ini adalah menemukan akomodasi dan makanan.
Bagi banyak pengunjung Indonesia, ia menyebut makanan dengan cita rasa lokal asli Indonesia merupakan suatu keharusan. Hal ini jelas menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku bisnis Indonesia untuk bekerja sama dengan mitra saudi dalam menyediakan makanan dengan rasa lokal.
"Tantangan terbesar selama pandemi Covid-19 adalah menemukan proyek basis instrumen syariah yang tepat, baik di Indonesia dan Saudi, serta memilih mitra investasi yang tepat sesuai dengan target pemimpin kami dan risiko keuangan yang dapat diterima," ucapnya.
Terakhir, Anggito menyebut dirinya dan lembaga yang ia kelola merupakan pelayan bagi populasi muslim Indonesia. Tugasnya adalah memastikan jamaah umrah dan haji menerima kualitas layanan yang lebih baik, termasuk dalam hal keuangan, logistik, kesehatan, serta ritual keagamaan