IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Tiga tahun sesudah kerasulannya, perintah Allah Swt datang kepada Nabi Muhammad SAW. Rasulullah diperintahkan untuk mengumumkan ajaran-Nya.
Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad mengatakan, ketika itu wahyu datang seperti diabadikan dalam surah Ash-Shura ayat 214-216 yang artinya.
"Dan berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu yang dekat. Limpahkanlah kasih-sayang kepada orang-orang beriman yang mengikut kau. Kalaupun mereka tidak mau juga mengikuti kau, katakanlah, ‘Aku lepas tangan dari segala perbuatan kamu."
Dan turun wahyu surah Hijr ayat 94 yang artinya:
"Sampaikanlah apa yang sudah diperintahkan kepadamu, dan tidak usah kau hiraukan orang-orang musyrik itu."
Sebagai permulaan menjalankan perintah wahyu, Nabi Muhammad mengundang makan keluarga-keluarga itu ke rumahnya. Ia mencoba bicara dengan mereka dan mengajak mereka kepada Allah.
Tetapi paman Rasulullah, Abu Talib menghentikan pembicaraan itu. Ia mengajak orang-orang pergi. Keesokan harinya sekali lagi Nabi Muhammad mengundang mereka.
Selesai makan, Nabi Muhammad berkata kepada mereka:
"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab ini dapat membawakan sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu ini yang mau mendukungku dalam hal ini?”
Mereka semua menolak, dan sudah bersiap-siap akan meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit. Padahal kala itu Ali masih anak-anak.
"Rasulullah, saya akan membantumu," katanya.
"Saya adalah lawan siapa saja yang kau tentang," katanya.
Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa terbahak-bahak. Mata mereka berpindah-pindah dari Abu Talib kepada anaknya. Kemudian mereka semua pergi meninggalkannya dengan ejekan.