IHRAM.CO.ID,PARIS – Kelompok yang membantu meluncurkan kampanye anti diskriminasi oleh Dewan Eropa, Forum Organisasi Pemuda dan Mahasiswa Muslim Eropa (FEMYSO) ikut menanggapi soal penghapusan gambar di Twitter. Kampanye yang mempromosikan keragaman perempuan dan kebebasan mengenakan jilbab, dikecam oleh politisi Prancis.
FEMYSO mengatakan serangan terhadap kampanye jilbab Dewan Eropa adalah serangan terhadap hak asasi manusia (HAM). “Sangat sedih melihat upaya pemuda Muslim sekali lagi diserang dan dirusak oleh individu dan pemerintah. Kami sangat prihatin dan sedih, kolaborasi kami dalam membangun narasi berbasis HAM untuk mengatasi pidato kebencian anti-Muslim diserang,” kata FEMYSO, dalam sebuah pernyataan, dilansir Anadolu Agency, Jumat (5/11).
FEMYSO menyebut serangan ini merupakan bentuk suara anak muda Muslim dikesampingkan dan penyalahgunaan gagasan seperti kebebasan, sekularisme, dan kesetaraan. Serangan terhadap kampanye terjadi di lingkungan yang lebih luas di mana pemerintah secara rutin ikut menyensor dan membatasi kebebasan berbicara ketika tidak sesuai dengan agenda politik mereka.
Serangan semacam itu dinilai berdasarkan pada pernyataan palsu. Ketua FEMYSO Hande Taner mengatakan lembaga-lembaga harus berdiri teguh dalam membela HAM dan mengutuk pelanggaran kebebasan berbicara serta beragama dalam menghadapi serangan rasial.
“Kami sangat percaya setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk memakai dan tidak memakai apa yang mereka inginkan. Keduanya tidak ekstrem dan tidak saling mengecualikan, melainkan berjalan beriringan. Ini adalah hak dasar yang mendasar,” kata Taner.
Sebelumnya, gambar wanita berjilbab dalam kampanye itu di akun Twitter Divisi Inklusi dan Anti-Diskriminasi dihapus. Gambar berisi slogan “Kebebasan ada dalam jilbab,” “Bawa sukacita dan terima jilbab,” dan “Kecantikan dalam keragaman karena kebebasan ada di dalam jilbab.”
Namun, kampanye itu mendapat reaksi keras dari Prancis yang menyebabkan penghapusan gambar hanya beberapa hari setelah peluncuran. Mantan Anggota Majelis Nasional Prancis Sarah El-Hairy mengklaim itu bertentangan dengan nilai-nilai Prancis. “Mengenakan jilbab seperti yang dianjurkan dalam video kampanye, Kami mengutuknya,” kata dia.