IHRAM.CO.ID,JEDDAH --- Setelah lebih dari 10 tahun menjelajahi lautan lepas, Yayasan Khaled bin Sultan Living Oceans akhirnya menyelesaikan Ekspedisi Terumbu Global yakni sebuah misi penelitian untuk meneliti keadaan terumbu karang dan ancaman signifikan terhadap kelangsungan hidup terumbu karang.
Berangkat dari Laut Merah dan mengambil lokasi di Atlantik, Pasifik dan Samudra Hindia, ekspedisi mengelilingi dunia untuk melakukan survei dan pemetaan lebih dari 1.000 terumbu karang di 16 negara. Para ilmuwan melakukan perjalanan lebih dari 50.000 kilometer, melakukan lebih dari 12.000 penyelaman ilmiah dan memberikan sesi pendidikan untuk lebih dari 6.000 siswa dan tokoh masyarakat.
Yayasan yang memprakarsai ekspedisi adalah organisasi penelitian kelautan dan ilmu lingkungan nirlaba yang didirikan pada 2000 untuk membantu melestarikan, melindungi, dan memulihkan lautan dan sumber daya perairan dunia.
Pendekatan yayasan menggabungkan tiga aspek utama yaitu Penelitian, pendidikan dan penjangkauan, yang semuanya tercermin dalam misi panjang ekspedisi.
“Saya meluncurkan Ekspedisi Terumbu Global untuk membantu membawa era baru pengetahuan tentang terumbu karang dan tantangan yang mereka hadapi,” kata ketua dan presiden yayasan, pangeran Khaled seperti dilansir Arab News pada Ahad (7/11).
“Saya tahu bahwa ini akan membutuhkan translokasi sumber daya yang sangat besar, teknologi mutakhir dan membawa keahlian ke beberapa terumbu karang paling terpencil di dunia. Saya menyadari bahwa ini bukan tugas yang mudah untuk dicapai, namun harapan saya dalam memenuhi misi ini tidak pernah pudar," tuturnya.
Sebuah tim yang terdiri lebih dari 200 ilmuwan, konservasionis, pejabat pemerintah, dan pakar lokal dibentuk untuk proyek global tersebut. Mereka melakukan puluhan ribu survei bawah laut terhadap terumbu karang dan komunitas ikan yang hidup di sekitarnya
Para ilmuwan mengembangkan cara baru untuk memetakan terumbu karang dengan menggabungkan citra satelit resolusi tinggi dengan data yang dikumpulkan di lapangan, menghasilkan peta habitat terumbu karang yang mencakup lebih dari 65.000 km persegi.
Peta dan survei ini mewakili kumpulan data standar paling komprehensif yang pernah dikumpulkan untuk terumbu karang.
“Proyek global ini adalah tindakan yang sangat berpikiran maju, diprakarsai oleh Pangeran Khaled bin Sultan, dan data yang dikumpulkan dalam ekspedisi global akan digunakan selama berabad-abad yang akan datang,” kata kepala ilmuwan, Sam Purkis.
Pentingnya Ekspedisi Karang Global terletak pada cakupan global terumbu karang yang menghadapi penurunan dramatis,
"Hampir 50 persen terumbu karang dunia telah hilang dalam 40 tahun terakhir; setengah dari terumbu karang dunia hilang,” tambah Purkis.
Ekspedisi ini telah menciptakan dasar untuk penelitian lebih lanjut dan akan memungkinkan para peneliti untuk mengukur dan memahami kecepatan dan lintasan perubahan yang mempengaruhi terumbu di seluruh dunia.
Ekspedisi dimulai satu dekade lalu di Laut Merah, di mana tim melakukan empat misi di Al Wajh dan Yanbu, Kepulauan Farasan dan Ras Al-Qasabah. Misi awal ini membantu tim untuk mengembangkan dan menyempurnakan teknik survei mereka sebelum memperluas jangkauan mereka ke Atlantik dan perairan lainnya.
"Apa yang kami dapatkan adalah perpaduan solusi teknologi tinggi menggunakan satelit dan pencitraan pesawat untuk memetakan terumbu, ditambah dengan survei lapangan yang lebih tradisional terhadap karang, ikan, dan organisme lain di ekosistem terumbu,” jelas Purkis.