IHRAM.CO.ID, BAGHDAD – Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengaku telah mengetahui pelatih serangan drone terhadap dirinya. “Kami akan mengejar mereka yang melakukan kejahatan kemarin, kami mengenal mereka dengan baik dan kami akan mengekspose mereka,” kata al-Kadhimi setelah melakukan pertemuan dengan komandan keamanan tinggi Irak pada Ahad (7/11).
Kediaman al-Kadhimi, yang berada di Zona Hijau, Baghdad, menjadi sasaran serangan drone bersenjata pada Sabtu (6/11) malam. Terdapat tiga drone yang dikerahkan. Dua di antaranya berhasil ditembak jatuh pasukan keamanan. Sementara yang ketiga menghantam kediaman al-Kadhimi.
Al-Kadhimi berhasil selamat dan tak mengalami cedera apa pun. Namun enam anggota pasukan pengawal al-Kadhimi mengalami luka-luka. Presiden Irak Barham Salih mengutuk aksi penyerangan tersebut, Dia menyebut tindakan itu merupakan kejahatan keji terhadap Irak. “Kami tidak dapat menerima bahwa Irak akan terseret ke dalam kekacauan dan kudeta terhadap sistem konstitusionalnya,” ujar Salih.
Serangan yang menargetkan rumah al-Kadhimi merupakan yang pertama sejak dia berkuasa pada Mei 2020. Aksi penyerangan itu terjadi ketika partai-partai politik di Irak tengah terlibat pertikaian tentang siapa yang akan menjalankan pemerintahan berikutnya setelah pemilu digelar bulan lalu.
Pada Kamis (4/11) lalu, pasukan pemerintah sempat terlibat bentrokan dengan partai politik yang didukung Iran. Partai tersebut kehilangan puluhan kursi di parlemen setelah kalah dalam pemilu yang digelar 10 Oktober lalu. Sebagian besar partai memiliki sayap bersenjata.
Ulama Muslim Syiah Moqtada al-Sadr, yang partainya merupakan pemenang terbesar dalam pemilu bulan lalu, menyebut serangan itu sebagai tindakan teroris terhadap stabilitas Irak. Menurutnya, serangan tersebut bertujuan “mengembalikan Irak ke keadaan kacau untuk dikendalikan oleh pasukan non-negara”.