Senin 08 Nov 2021 13:00 WIB

Situasi Irak Kembali Memanas

PM Irak menjadi target serangan drone.

Rep: Lintar Satria, Dwina Agustin, Rizky Jaramaya/ Red: Agung Sasongko
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi berpose di kantornya selama wawancara dengan The Associated Press di Baghdad, Irak, Jumat, 23 Juli 2021.
Foto:

Tegang

Serangan tersebut secara signifikan meningkatkan ketegangan, dipicu oleh penolakan milisi yang didukung Iran untuk menerima hasil pemilihan parlemen bulan lalu. Tidak ada klaim tanggung jawab atas serangan itu, tetapi kecurigaan segera jatuh pada milisi yang didukung Iran yang secara terbuka menyerang al-Kadhimi. Mereka disalahkan atas serangan sebelumnya di zona hijau.

Serangan itu terjadi di tengah pertikaian antara pasukan keamanan dan milisi Syiah pro-Iran yang pendukungnya telah berkemah di luar Zona Hijau selama hampir sebulan. Mereka berkumpul setelah menolak hasil pemilihan parlemen Irak, karena kehilangan sekitar dua pertiga kursi.

"Upaya pembunuhan adalah eskalasi dramatis, melewati batas dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mungkin memiliki gaung kekerasan," tulis rekan nonresiden di Brookings Institution, Ranj Alaaldin, dalam sebuah posting di Twitter.

Protes berubah menjadi mematikan ketika para demonstran mencoba memasuki Zona Hijau pada Jumat (5/11). Terjadi baku tembak di mana satu pengunjuk rasa yang berafiliasi dengan milisi tewas. Puluhan aparat keamanan terluka dan Al-Khadimi memerintahkan penyelidikan.

Beberapa pemimpin faksi milisi paling kuat yang setia kepada Iran secara terbuka menyalahkan al-Kadhimi atas bentrokan dan kematian pengunjuk rasa. Banyak pemimpin faksi, yang bersama-sama dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer atau Hashd al-Shaabi dalam bahasa Arab, berkumpul di pemakaman yang diadakan untuk pemrotes sehari berikutnya.

"Darah para martir adalah untuk membuat Anda bertanggung jawab,” kata pemimpin milisi Asaib Ahl al-Haq, Qais al-Khazali, berbicara kepada al-Kadhimi dalam komentar yang direkam kepada para pendukungnya.

Usai serangan ke kediaman perdana menteri, beberapa pemimpin faksi menolak upaya pembunuhan tersebut dan menunjukkan bahwa itu mungkin dilakukan. Al-Khazali menyarankan milisi sedang menjebak dan menyerukan penyelidikan. Sedangkan Pemimpin PMF lain yang mengutuk serangan itu menyalahkan pihak ketiga yang berusaha menghasut perselisihan.

Dalam kritik paling keras terhadap perdana menteri, pemimpin senior dengan salah satu milisi pro-Iran paling garis keras Kataib Hezbollah, Abu Ali al-Askari, mempertanyakan serangan tersebut. Dia mempertanyakan upaya pembunuhan itu benar-benar upaya al-Kadhimi untuk memainkan peran sebagai korban.

"Menurut informasi kami yang dikonfirmasi, tidak ada seorang pun di Irak yang memiliki keinginan untuk kehilangan drone di kediaman al-Kadhimi,” tulis al-Askari dalam sebuah posting Twitter.

"Jika ada yang ingin menyakiti makhluk Facebook ini, ada banyak cara yang lebih murah dan lebih efektif untuk mewujudkannya," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement