Senin 08 Nov 2021 14:04 WIB

Aliansi Antaragama Satukan Wanita Georgia Tengah

Kelompok itu berkembang dari 1-15 wanita menjadi sekitar 500 anggota

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Aliansi Antaragama Satukan Wanita Georgia Tengah
Foto: About Islam
Aliansi Antaragama Satukan Wanita Georgia Tengah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Satu dekade lalu di acara open day yang digelar masjid Georgia, Eman Abdulla untuk pertama kalinya bertemu dengan Debbie Krafft dan sekelompok wanita Kristen yang datang untuk belajar tentang Islam dan Muslim. Mereka berbicara dan berdiskusi terkait hal-hal yang bermanfaat.

Kelompok tersebut kemudian memutuskan untuk bertemu secara rutin guna membahas keyakinan mereka dan bagaimana dampaknya terhadap komunitas Georgia Tengah. Kelompok ini kemudian berkembang menjadi apa yang dikenal sebagai Aliansi Antaragama Wanita Georgia Tengah.

US News melaporkan, kelompok itu berkembang dari 1-15 wanita menjadi sekitar 500 anggota di grup Facebook saat ini. Salah satu anggota pendiri kelompok tersebut, Eman Abdulla, mengungkapkan bahwa mereka hidup dalam komunitas global yang semakin terhubung.

"Jadi, belajar tentang satu sama lain, belajar membentuk hubungan satu sama lain, belajar untuk hidup berdampingan secara apresiatif dan intim sangat penting untuk perdamaian dan keharmonisan masyarakat manusia secara umum, khususnya di sini di Selatan," kata Eman, dilansir di laman About Islam, Senin (8/11).

Saat kelompok itu berkembang, Eman dan teman-teman barunya membuka pintu bagi wanita dari semua agama, termasuk wanita dari agama Yahudi, Hindu, dan Baha'i. Setelah pandemi virus corona, mereka menyambut wanita dari berbagai negara bagian dan bahkan negara untuk bergabung dalam pertemuan Zoom mereka.

"Ini seperti modeling semacam praktik dan cara hidup kohesif dan harmonis yang bisa dilakukan. Ini juga dapat dialihkan ke tempat lain di mana orang-orang yang beragam berkumpul," lanjutnya.

Eman mengatakan ia percaya kelompok itu telah membuka keyakinanya sehingga lebih inklusif. Pasalnya, kelompok aliansi ini membuka tempat dan cakrawala bagi masa depan yang lebih baik bagi mereka semua.

"Jika kita benar-benar berniat, jika kita dengan rela dan sengaja mengejar pilihan hidup bersama secara harmonis ini, kita bisa melakukannya. Bukan tidak mungkin," katanya.

"Menara Babel bukanlah takdir kita. Kita semua dapat berkomunikasi meskipun kita memiliki bahasa yang berbeda. Kita masih bisa berkomunikasi, kita bisa hidup berdampingan, kita bisa bekerja sama, kita bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik," tambahnya.

Kelompok ini memiliki klub buku dan kelompok belajar dan mereka telah menyelenggarakan beberapa acara, termasuk malam puisi dan pameran kesehatan. Anggota pendiri kelompok tersebut, Debbie Krafft, mengatakan salah satu hal utama dan mendasar dari kelompok mereka adalah bahwa mereka tertarik untuk memperoleh pengetahuan apresiatif dari tradisi agama lain.

"Kami ingin melakukan ini melalui persahabatan dan pendidikan dan pelayanan. Jadi semua hal yang kami lakukan, apakah itu dalam konteks sosial di mana kami berkumpul dan berbicara tentang topik tertentu dan belajar seperti itu atau apakah kami melayani di masyarakat, kami mencoba mengatur semua kegiatan kami di sekitar tiga hal itu," kata Krafft.

Menurut sebuah studi 2017, ada total 3,45 juta Muslim di Amerika Serikat, yang terdiri dari sekitar 1,1 persen dari total populasi AS. Di Georgia, ada 543 Muslim per setiap 100 ribu penduduk yang diperkirakan berjumlah 10.830.000.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement