REPUBLIKA.CO.ID, HYDERABAD -- Penyakit demam berdarah, tifus, dan malaria menjadi endemik di Shaheen Nagar Hyderabad, India. Klinik masjid di Shaheen Nagar dalam 30 hari terakhir merawat 569 anak terkena penyakit yang ditularkan melalui vektor ini dari 20 daerah kumuh.
Dilansir di Times of India, Senin (8/11), sebuah survei oleh klinik masjid menunjukkan 51 persen dari total kasus tifus, 22 persen kasus demam berdarah dan dua persen kasus malaria dilaporkan di 20 daerah kumuh di daerah tangkapan air Shaheen Nagar. Sementara 15 persen kasus tifoid dan 11 persen demam berdarah, kasus dilaporkan di daerah kumuh Rajendra Nagar dan daerah tangkapan air Hasanagar di Old Hyderabad.
Dari 569 anak yang mendapat pengobatan gratis termasuk obat-obatan dan tes darah dalam satu bulan terakhir, 421 kasus terkait tipus, 133 kasus demam berdarah, dan 15 kasus malaria. Klinik masjid ini dikelola oleh Helping Hand Foundation (HHP) bekerja sama dengan SEED, sebuah LSM yang berbasis di Amerika Serikat, dan American Muslim Physicians of Indian Origin (AMPI).
Klinik masjid melayani kebutuhan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar 20 daerah kumuh yang tersebar di Shaheen Nagar, Hasanagar, Rajendranagar, dan Achi Reddy Nagar. Survei mengungkapkan 72 persen kasus tifus merupakan anak-anak antara lima dan 15 tahun. Sementara 85 persen kasus demam berdarah adalah anak-anak antara 10 dan 18 tahun.
"Sanitasi yang buruk, saluran air yang meluap, sampah yang tidak bersih, dan seringnya terjadi genangan akibat hujan deras menjadi penyebab utama tingginya angka penyakit tular vektor. Semua kasus tifus dirawat dalam mode rawat jalan. Namun, hampir semua kasus membutuhkan suntikan IV untuk jangka waktu lima sampai tujuh hari. Tempat tidur tambahan diletakkan di ruang yang tersedia di masjid untuk perawatan kasus tipus," kata Pengelola HHP, Mujtaba Hasan Askari.
Sementara tes tifus dan demam berdarah dilakukan secara gratis. Dia mengatakan hal ini karena fasilitas laboratorium internal, tes dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dan pengobatan dapat dimulai tepat waktu.
Dia mengatakan 60 persen kasus positif DBD memerlukan rawat inap setelah diagnosis karena jumlah trombosit yang rendah. Semua kasus DBD dirawat di rumah sakit OGH dan Niloufer. Sebanyak 15 pasien harus dirawat di rumah sakit swasta dan biaya rawat inap ditanggung oleh LSM.