Senin 22 Nov 2021 14:24 WIB

Merasa Terganggu Adzan, Pria di Tunisia Tikam Imam

Tersangka menyerang ke dalam masjid di kota Mahdia, Tunisia, sebelum sholat Magrib

Rep: Kiki Sakinah / Meiliza Laveda / Red: Esthi Maharani
Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Seorang pria Tunisia dilaporkan menikam seorang muadzin lantaran merasa terganggu oleh adzannya. Media lokal melaporkan, dilansir di Gulf News, Senin (22/11), tersangka menyerang ke dalam masjid di kota Mahdia, Tunisia, sebelum waktu sholat Magrib.

Pelaku kemudian menikam muadzin tersebut yang juga merupakan imam masjid, di bagian belakang. Imam tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit dengan pisau masih menempel di punggungnya.

Dia berhasil menjalani operasi dan dikatakan dalam kondisi stabil. Sedangkan pelaku penyerangan ditangkap oleh jamaah dan diserahkan ke polisi.

Menurut Menteri Agama Tunisia, Ibrahim Al Shaibi, pelaku secara psikologis tidak seimbang dan terganggu oleh suara adzan. Namun dia membantah desas-desus tentang perselisihan terkait real estate antara imam dan tersangka.

Kasus penikaman atau pembunhan imam masjid juga pernah terjadi di London, Inggris. Imam Mohammed Aqil Mehdi (22 tahun) dinyatakan tewas di lokasi pembunuhan, Tower Hamlest, London, Inggris, Sabtu (6/11) pukul 08.43 waktu setempat.

Guru mengaji Mohammed Ishaaq Abu Rahmiyyah Jasat mengumumkan kabar duka ini lewat akun Facebook-nya. “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dengan sangat berat hati saya mengumumkan telah meninggal murid tersayang saya, Hafidh Mohammed Aqil Mehdi yang baru berusia 22 tahun,” kata Ishaaq.

Ishaaq mengatakan Mohammed ditikam hingga meninggal pada Sabtu dini hari di London Timur. Bagi Ishaaq, Mohammed adalah murid yang sangat istimewa dan ia bimbing selama 10 tahun terakhir.

“Kata-kata tidak bisa sendiri menggambarkan betapa berartinya dia bagi saya. Dia selalu berusaha unggul dalam belajar Alquran dan mencari ilmu dengan berbagai guru di Mesir,” ujar dia.

Ibu Mohammed adalah seorang guru mengaji yang berpengalaman dan bekerja keras. Setiap tahun, ibunya akan menghubungi Ishaaq untuk membantu penempatan Hafidh Aqil sebagai pemimpin sholat Tarawih.

Mohammed selalu membaca lantunan ayat dengan indah dan merdu. Ishaaq mengaku tidak akan pernah bosan mendengarnya. Selain itu, dia beruntung mendapat kesempatan memimpin sholat tarawih bersama Mohammed untuk terakhir kalinya di bulan Ramadhan tahun ini.

“Kecintaan Mohammed pada Alquran sangat besar. Dia tidak pernah takut untuk menjadi lebih baik. Dia selalu meminta nasihat dari saya agar menjadi qari yang baik,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement