Sabtu 27 Nov 2021 19:38 WIB

Jejak Budaya Arab di Pesisir China

Berabad-abad silam, para pelaut Arab singgah di pesisir China.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Masjid Qingjing China.
Foto:

Masjid Qingjing juga dilengkapi menara khusus di dekat gerbang utama. Fungsinya, untuk kaum Muslimin mengamati hilal bulan. Dengan begitu, mereka dapat memutuskan kapan dimulainya waktu Ramadhan atau Idul Fitri. Di sebelah timur gerbang tersebut, ada dua loh batu yang merekam bagaimana rekonstruksi masjid tersebut pada masa Dinasti Yuan (1271-1368) dan Dinasti Ming (1368-1644).

Tablet batu lain terletak persis di dekat gerbang. Batu itu tampak menawan dengan ukiran beraksara Cina. Isinya menunjukkan dekret Kaisar Zhu Di, raja ketiga dari Dinasti Ming. Dia memaklumkan peng umuman agar masyarakat melindungi masjid dan umat Islam di Cina. Pesan ini menunjukkan besarnya toleransi antaraumat agama pada zaman tersebut. Masjid ini diketahui pernah direnovasi pada 1309 oleh Ahmed dari Iran.

Ada perbedaan antara kondisi dahulu dengan sekarang. Sebagai contoh, Aula Feng tian yang luas itu mulanya merupakan tempat shalat bagi jamaah. Desain aula tersebut menunjukkan gaya arsitektur yang populer dari ruang-ruang shalat pada umumnya sebelum abad ke-10. Sayangnya, atap aula yang megah itu runtuh karena gempa bumi. Kini, di sana hanya menyisakan dinding granit. Alhasil, ruangan untuk shalat dipindahkan ke bagian yang lebih dalam.

Bangunan utama terdiri atas dua lantai. Dindingnya terbuat dari granit dan tertanam dengan dua batu yang diukir dengan Alcoran. Pada tiap sisinya, terdapat jendela besar dengan berbagai ukiran di keseluruhan bagian.

Aula Mingshan berada di sebelah utara Aula Utama. Area ini dibangun pada 1609. Awalnya, Masjid Qingjing boleh dikatakan didominasi gaya Arab. Akan tetapi, belakangan, corak tradisional Cina lebih tampak, terutama usai masjid tersebut direkonstruksi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement