Rabu 01 Dec 2021 05:35 WIB

Ketakutan Warga Afghanistan Hadapi Musim Dingin dalam Gelap

Saat ini terjadi pemadaman listrik selama 6-10 jam setiap hari di Kabul

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Malam hari di Kabul, Afghanistan
Foto: AP/Felipe Dana
Malam hari di Kabul, Afghanistan

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Hari semakin gelap saat Eks Pekerja Kontruksi Zabihulla Bawar (34 tahun) bergegas menuju rumahnya di Kandahar, Afghanistan. Dia menggunakan senter ponselnya untuk menerangi ruangan yang diisi oleh empat anggota keluarganya.

Baterai panel suryanya rusak membuat kelurganya menghabiskan malam yang dingin dengan menyalakan lilin. Selama empat bulan terakhir, Zabihullah menganggur dan ia tidak punya uang untuk memperbaiki panel surya.

Baca Juga

Proyek konstruksi dan pengembangan yang dijalankan pemerintah telah berkurang separuhnya sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus. Akibatnya, ratusan ribu buruh kehilangan pekerjaan. Zabihullah bekerja sebagai buruh bangunan dengan upah harian. Saat ini, ia bekerja serabutan selama beberapa hari.

“Terkadang, kami tidak punya apa pun untuk dimakan selama beberapa hari. Saya tidak bisa membeli susu bubuk dan obat-obatan untuk putra saya yang berumur satu tahun,” kata Zabihullah.

Layanan publik yang sangat bergantung pada pasokan listrik sangat terdampak akibat penyusutan sektor ekonomi. Untuk menjaga agar kantor, universitas, dan rumah sakit tetap beroperasi, Taliban harus menjaga jaringan listrik negara tetap berfungsi.

Saat ini terjadi pemadaman listrik selama delapan hingga sepuluh jam setiap hari di Kabul. Cuaca dingin dan kondisi ekonomi yang sulit, membuat kehidupan masyarakat semakin terpuruk. Provinsi dan daerah pedesaan lainnya mengalami pemadaman listrik selama berjam-jam.

Taliban memiliki jalan terjal di masa depan. Afghanistan memiliki utang jutaan dolar kepada negara-negara tetangga yang memasok listrik.

Tumpukan utang dan bantuan yang dibekukan

Pada 1 November 2021, Otoritas Pengawasan AS untuk Rekonstruksi Afghanistan (SAGR) melaporkan Taliban menghadapi kekurangan pendapatan yang parah. Taliban harus membayar utang listriknya sebesar 110 sampai 130 juta dolar Amerika dengan Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Iran.

Afghanistan sangat bergantung pada impor listrik dari negara-negara tersebut. Produksi listrik domestiknya tidak memenuhi kebutuhan energi negara. Total kapasitas terpasang untuk produksi listrik domestik sekitar 700 megawatt sementara Kementerian Energi dan Air Afghanistan menempatkan kebutuhan listrik negara itu pada 2000 megawatt.

Baru-baru ini, Taliban melanjutkan pengumpulan tagihan listrik dari konsumen di Kabul dan provinsi-provinsi terdekat. Penagihan telah tertunda sejak pengambilalihan Taliban pada Agustus karena fakta bahwa sistem perbankan negara itu tidak berfungsi. Termasuk rezim baru membutuhkan waktu untuk menunjuk para pemimpin ke departemen kekuasaan negara, Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS).

“Setelah beberapa pembicaraan, kami dapat meyakinkan bank untuk tetap membuka meja pembayaran tagihan listrik meskipun cabang tidak dapat menyediakan layanan perbankan lainnya,” kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya, dilansir TRT World, Selasa (30/11).

Juru bicara DABS Hekmatullah Noorzai mengatakan pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara tetangga tentang pembayaran utang. “Kami akan memulai proses pembayaran jatuh tempo dalam waktu dekat,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement