IHRAM.CO.ID, ABU DHABI -- Uni Emirat Arab telah melarang mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani terlibat dalam politik saat tinggal di Dubai. Hal ini disampaikan oleh Wakil juru bicara Taliban Ahmadullah Wasiq yang mengatakan bahwa UEA telah memberlakukan larangan terhadap Ghani dan beberapa pejabat lain yang tinggal di pengasingan.
"Uni Emirat Arab (UEA) telah melarang semua pejabat dalam pemerintahan Ashraf Ghani yang tinggal di Dubai dan kota-kota lain. Pembatasan ini termasuk Ashraf Ghani, Atta Noor dan Mohib," kata Wasiq dalam sebuah tweet dilansir dari Middle East Eye, Selasa (30/11).
UEA tidak mengkonfirmasi tentang kebenaran telah memberlakukan larangan terhadap Ghani dan mantan pejabat Afghanistan lainnya yang tinggal di wilayahnya.
Klaim terbaru larangan kegiatan politik Ghani ini muncul saat UEA mengadakan pembicaraan dengan Taliban untuk menjalankan bandara Kabul. Para diplomat asing mengkonfirmasi, bahwa Emirat tertarik untuk terlibat dalam pembicaraan dan melawan pengaruh upaya Qatar di Afghanistan.
Middle East Eye mengungkapkan pada Agustus lalu bahwa sumber yang mengetahui masalah tersebut telah menyarankan bahwa Turki dan Qatar akan bersama-sama mengoperasikan bandara, dengan Ankara memberikan keamanan melalui perusahaan swasta, menurut rancangan kesepakatan dengan Taliban.
Laporan yang sama mencatat bahwa satu masalah luar biasa dalam kesepakatan apa pun adalah bahwa mantan pemerintah Afghanistan telah memberikan kontrak untuk bandara pada Oktober 2020 kepada konsorsium yang berbasis di UEA. Taliban perlu membuat kesepakatan terpisah dengan mereka.
Awal tahun ini, Ghani melarikan diri dari Afghanistan setelah pasukan Taliban menyerbu Kabul dan kota-kota besar lainnya di seluruh negeri. Ghani meminta maaf kepada orang-orang Afghanistan karena pergi dan membenarkan kepergiannya sebagai langkah untuk menghindari memicu kekerasan yang meluas di seluruh negeri.
"Saya pergi atas desakan keamanan istana, yang menyarankan saya untuk tetap mengambil risiko memicu pertempuran jalanan yang sama yang diderita kota selama perang saudara tahun 1990-an," tulis Ghani di halaman Facebook-nya, menambahkan bahwa dia melakukannya untuk menyelamatkan Kabul dan enam juta warganya.
Ghani juga membantah klaim bahwa dia dilaporkan melakukan perjalanan ke UEA dengan sekitar 169 juta dolar atau sekitar Rp 2,4 triliun.