Kamis 02 Dec 2021 17:34 WIB

Media Afghanistan Kesulitan Bertahan di Bawah Taliban

Dengan kembalinya Taliban, industri media di Afganistan terjun bebas

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Pejuang Taliban, ilustrasi

Faktanya, orang-orang takut untuk berkeliling dengan memutar musik di radio mereka, karena mereka bisa saja dihentikan di sebuah pos pemeriksaan oleh tentara Taliban dna dihukum karena itu. Kabarnya, ada tamu yang dibunuh pejuang Taliban di sebuah pernikahan di Afghanistan timur di mana musik dimainkan.

Sementara itu, toko-toko dan bisnis lain juga tidak berani memutar musik. Karenanya, jumlah pendengar radio terus menurun. Para editor juga berhati-hati untuk melanggar bahkan jika itu peraturan informal Taliban, ketika keselamatan jurnalis mereka mungkin dipertaruhkan.

"Saya punya tiga jurnalis perempuan, yang masih ingin bekerja, tetapi mereka takut dengan Taliban," kata Mahtabi.

Di radio Zma, dia membuat kantor wanita terpisah untuk memudahkan wanita bekerja di kota konservatif ini. Namun, sekarang kantor itu kosong, sebuah pengingat akan sangat tingginya dampak yang diambil oleh pemerintahan Taliban terhadap wartawan wanita.

"Tim kami bekerja di dalam Afghanistan tetapi identitas mereka disembunyikan," kata Zahra Joya, pemimpin redaksi media Rukhshana, situs berita online khusus wanita untuk Afghanistan, yang mengasingkan diri setelah Kabul jatuh.

"Saya tidak terlalu optimis tentang masa depan jurnalis perempuan di Afghanistan. Jika Taliban tetap berkuasa untuk waktu yang lama, saya pikir kita akan kehilangan jurnalis perempuan, karena mereka tidak akan diizinkan bekerja," ujarnya.

Tolo TV, mungkin stasiun paling berpengaruh di negara itu, tetap menayangkan siaran langsung presenter wanitanya. Keunggulan, ukuran, dan koneksi internasional mereka mungkin menawarkan semacam kekebalan.

"Kami adalah burung kenari di tambang batu bara. Kami menggunakan ukuran kami untuk mencoba dan mengamankan kebebasan bagi orang lain sebanyak mungkin," kata Saad Mohseni, kepala grup media Moby yang memiliki Tolo.

"Kami telah membuat prinsip untuk memiliki lebih banyak pegawai wanita di udara, wanita profesional di depan dan di belakang kamera. Kebutuhan untuk mempekerjakan lebih banyak wanita telah menjadi urgensi baru," tambahnya.

Pekan ini, pemerintah pusat mengeluarkan pedoman baru yang keras yang melarang serial drama apapun yang menampilkan aktor wanita, yang sejauh ini sebagian besar diabaikan. Kepemimpinan Taliban juga melarang wartawan wanita mengudara kecuali mereka memenuhi standar Taliban yang tidak ditentukan tentang 'hijab', atau penutup kepala.

Banyak wartawan melihat keputusan seperti ini sebagai langkah untuk mendorong perempuan keluar dari sektor ini sepenuhnya. Menurut laporan dari kelompok kebebasan pers Reporters Without Borders (RSF) dan Pusat Perlindungan Jurnalis Wanita Afghanistan (CPAWJ), pada akhir Juli 2021 lebih dari 700 perempuan di Kabul bekerja sebagai jurnalis, dan sebulan kemudian hanya beberapa puluh yang masih menulis atau menyiarkan.

Beberapa dari mereka telah melarikan diri dari negara itu, termasuk Beheshta Arghand yang menjadi terkenal di dunia internasional. Arghand meningkatkan harapan akan perubahan nyata dalam sikap Taliban terhadap perempuan ketika dia berbicara kepada seorang juru bicara di siaran langsung TV pada Agustus lalu.

Sementara itu, perempuan lainnya bersembunyi, terutama di seluruh provinsi di mana kemenangan Taliban menimbulkan ancaman dari pria yang tidak pernah bergabung dengan militan, tetapi selalu membenci keberhasilan dan visibilitas jurnalis wanita.

Neda adalah seorang pembawa acara televisi, tetapi dia telah meninggalkan kota kelahirannya dan sekarang tinggal sendirian di bagian lain negara itu. Dia mengkhawatirkan hidupnya sendiri dan keselamatan keluarganya.

Teleponnya sekarang dipenuhi dengan pesan-pesan menakutkan dari orang asing, mengancam akan menyerahkannya kepada otoritas baru di bawah Taliban.

"Saya akan mengirimkan semua foto Anda ke gubernur. Taliban harus menghukum Anda. Anda harus diadili di depan umum, Anda wanita tanpa wajah. Kamu harus tahu konsekuensi dari pekerjaanmu," tulis salah satu pesan anonim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement