IHRAM.CO.ID, RABAT -- Pada bulan Desember 2020, momen langka persatuan Afrika Utara terjadi. Saat itu, Maroko, Aljazair, Tunisia dan Mauritania berhasil mengajukan permohonan bersama untuk memasukkan couscous ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (intangible) UNESCO.
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay menyebut aplikasi bersama merupakan sukses yang sangat besar bagi kerja sama negara. Menurutnya, ini adalah tanda kuat dari pengakuan budaya pada subjek penting bagi semua orang di kawasan Afrika Utara dan sekitarnya.
"Konsensus ini menunjukkan bahwa warisan budaya dapat sekaligus bersifat individual dan dibagikan secara luas, dan dapat melampaui batas," kata Azoulay dilansir dari Middle East Eye pada Sabtu (4/12).
Namun, Menteri Kebudayaan Maroko Mehdi Bensaid tampaknya tidak tertarik untuk mempertahankan kolaborasi kuliner antar negara Afrika Utara ini. Baru-baru ini ditunjuk untuk jabatan tersebut, Bensaid telah meminta sebuah "label" yang akan memungkinkan couscous Maroko, khususnya, untuk dicantumkan dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Unesco.
"Kami telah meminta direktur (bagian inventaris dan dokumentasi Kementerian Kebudayaan Maroko) untuk menyusun daftar semua komponen warisan Maroko," kata Bensaid.
File pengajuan Maroko ke UNESCO disiapkan pada tahun 2019 oleh divisi yang sama merupakan bagian dari departemen kementerian "warisan budaya". Departemen itu memuji couscous sebagai elemen karakteristik warisan budaya takbenda dari semua komunitas di Maroko dan negara-negara Afrika Utara. Couscous menjadi simbol menyambut orang lain, sikap saling menghargai dan keramahan di semua keluarga Maroko dan Afrika Utara.
"Teori tentang asal usul couscous dan tanggal kemunculannya di Afrika Utara berbeda-beda, tetapi umumnya berasal dari awal sejarah," tulis penulis aplikasi untuk daftar Warisan Budaya Takbenda.
“Namun, pengetahuan tentang biji-bijian, domestikasi dan penggunaannya dalam mata pencaharian masyarakat telah dicatat sejak zaman Neolitik, lebih dari enam ribu tahun yang lalu," lanjut tulisan itu.
Sebelum memutuskan untuk menggabungkan kekuatan memasukkan couscous ke dalam daftar UNESCO, Aljazair, Maroko dan khususnya Tunisia telah mengklaim asal-usul leluhurnya. Pada tahun 2016, ketika pers Aljazair melaporkan prakarsa Aljazair untuk mengajukan permohonan ke PBB, situs web Maroko Le360 - yang dikenal dekat dengan pemerintah - menulis hal kejam terhadap tetangganya.
"Aljazair ingin memperkarakan makanan khas Maroko. Dan bayangkan, bukan hanya itu; ini adalah hidangan favorit semua orang Maroko yang ingin diklaim oleh tetangga kita: couscous. Unesco tahu betul bahwa couscous adalah Maroko," tulis penulis Le360 dua bulan kemudian.
Meskipun tampaknya kontroversi telah terkubur setelah aplikasi bersama, itu mungkin muncul kembali dengan kedatangan menteri kebudayaan baru Maroko, pada saat hubungan antara Aljazair dan Maroko sangat tegang. Apalagi dengan Aljazair memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada bulan Agustus.