Menanggapi klaim tentang situasi perumahan mereka, Highland Council mengatakan tidak mengomentari kasus individu.
Mantan penerjemah lainnya, yang juga dibawa ke Inggris di bawah Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP), mengatakan dia telah diberitahu akan dipindahkan dari perumahan sementara yang terjangkau di London ke akomodasi sewaan pribadi.
Dia khawatir, hal ini akan menelan sebagian besar uang sakunya sampai dia dapat menemukan pekerjaa. Dalam sebulan, ia dan keluarganya dikenai biaya 240 poundsterling atau Rp 4,5 juta untuk tagihan listrik, karena mereka dikenakan tarif yang tidak tetap.
Ia telah mencoba menghubungi petugas pekerja sosial, yang ditugaskan oleh dewan untuk mendampingi para pengungsi, untuk mengungkapkan keprihatinannya. Namun, respon yang diberikan tidak sesuai harapannya.
“Jika saya tahu akan berakhir dalam situasi sekarang, saya tidak akan datang ke sini. Saya lebih suka tinggal di sana bersama keluarga saya, meskipun Taliban akan membunuh kami, karena berada di sini sulit setiap menitnya,” katanya.
Sebagai tanggapan, otoritas lokal mengatakan para pengungsi diprioritaskan untuk berada rumah dewan, bersamaan dengan kelompok lain. Tetapi, kurangnya unit berarti beberapa pengungsi akan ditempatkan di akomodasi sementara, sebelum dapat mengakses perumahan sosial.
Dewan Pengungsi mengatakan, kecepatan upaya evakuasi yang terjadi sebelum dan setelah pengambilalihan Kabul oleh Taliban, serta banyaknya pengungsi, memungkinkan ketidak seimbangan antara jumlah orang dan unit akomodasi yang tersedia.
“Saat ini, petugas menempatkan ribuan orang di hotel dan mencoba memindahkan mereka ke otoritas lokal secepat mungkin. Pertimbangan utama adalah mencocokkan ukuran unit keluarga dengan ukuran akomodasi yang tersedia,” kata kepala advokasi, Andy Hewitt.