Selasa 14 Dec 2021 08:14 WIB

Perempuan Mencari Jalan Menjadi Pemimpin

Ada banyak pemikiran tentang kebolehan dan ruang lingkup peran kepemimpinan perempuan

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Perempuan Muslimah
Foto:

Di belahan dunia lain di Amerika Serikat, Samia Omar, yang menjadi pendeta wanita Muslim pertama di Universitas Harvard pada 2019, mengatakan para mahasiswi di sana juga bisa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal seperti menstruasi kepadanya daripada kepada seorang pria.

Omar juga melihat dirinya menyelamatkan mereka dari pengajaran versi Islam tanpa diskusi tentang hak-hak mereka.

"Saya melayani dan mengajar para gadis dan remaja putri ini dengan cara yang saya harap para wanita lain akan membantu mengajar putri-putri saya nanti,” katanya.

Omar tidak selalu berencana untuk menjadi pemimpin agama. Namun lika-liku hidupnya, termasuk pernikahan yang penuh kekerasan, perceraian, dan kehilangan seorang putri karena kanker, membawanya pada panggilan yang sekarang ia praktikkan bersama suaminya saat ini, yang juga menjabat sebagai imam Muslim.

Selama perceraian, beberapa orang di masjidnya mencoba mencegahnya beralih ke sistem hukum. Dia mengabaikan tekanan itu dan akhirnya memenangkan hak asuh penuh atas anak-anaknya, tetapi pengalaman itu membuat Omar merasa bahwa beberapa pria mengeksploitasi agama untuk menindas wanita.

"Itu bisa memiliki konsekuensi spiritual yang serius," kata Omar: “Banyak wanita muda tidak mengerti bahwa kami mulia di mata Allah," tuturnya.

Banyak orang di AS telah menganjurkan peran yang lebih besar bagi perempuan di masjid, dari ruang shalat yang lebih baik untuk jamaah perempuan hingga lebih banyak kursi di dewan pemerintahan dan budaya masjid yang lebih ramah. Beberapa juga menyerukan model kepemimpinan yang lebih terdesentralisasi di masjid-masjid, yang mencakup cendekiawan residen perempuan yang dibayar di samping imam laki-laki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement