IHRAM.CO.ID, BEIJING -- China siap membantu proses perdamaian Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut). Sebelumnya, Korsel menyatakan secara prinsip, ia dan Korut setuju untuk resmi berdamai.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Wang Wenbin mengungkapkan selama ini Beijing dan Korsel menjaga komunikasi serta koordinasi erat mengenai masalah Semenanjung Korea. “Kami siap bekerja sama dengan Korsel untuk resolusi politik dan berkontribusi pada perdamaian serta keamanan langgeng di Semenanjung (Korea),” katanya dalam pengarahan pers, Senin (13/12), dikutip laman resmi Kemenlu China.
Wang pun menyambut sikap Korsel yang enggan mengikuti langkah beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS), untuk melakukan diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Menurut dia, Korsel memang telah menyatakan dukungan aktifnya terhadap penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin Beijing di berbagai tingkatan pada kesempatan berbeda.
“Hal ini sejalan dengan semangat Olimpiade dan menunjukkan hubungan persahabatan kita. China secara positif mengakui hal ini,” ucapnya.
Terkait isu Semenanjung Korea, Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan, secara prinsip, negaranya dan Korut sudah sepakat untuk resmi berdamai. Kendati demikian, Moon tak menyangkal, salah satu tantangan dimulainya pembicaraan tentang kesepakatan damai formal adalah tuntutan Korut.
Dalam hal ini, Pyongyang bersikeras sebelum pembicaraan semacam itu digelar, AS harus terlebih dulu menarik kehadirannya dari Korsel. Washington pun harus mencabut sanksi terhadap Korut.
Menurut Moon, Korut selalu mengajukan tuntutan itu sebelum pembicaraan apa pun. Di sisi lain, AS sebagai sekutu Korsel kerap menegaskan, ia tak akan mencabut sanksi apa pun sebelum Korut meninggalkan program senjata nuklirnya.
“Oleh karena itu, kami tidak bisa duduk untuk berdiskusi atau berunding mengenai deklarasi (damai) tersebut. Kami berharap pembicaraan akan dimulai,” ujar Moon saat berkunjung ke Australia, Ahad (12/12), dikutip laman Axios.
Moon menekankan, deklarasi akhir perang sendiri bukan tujuan akhir. Namun, hal itu akan menjadi langkah penting dalam membuka jalan untuk memulai kembali negosiasi denuklirisasi serta perdamaian di Semenanjung Korea.
Korsel dan Korut terlibat dalam peperangan pada 1950-1953. Perang itu berakhir dengan gencatan senjata dan tanpa perjanjian damai. Jadi secara teknis, saat ini kedua negara masih dalam kondisi berperang.