IHRAM.CO.ID, WAJIR -- Puluhan personel keamanan dikirim ke perbatasan Kenya-Somalia, menyusul serangan baru oleh militan al-Shabaab. Pejabat keamanan setempat khawatir, kelompok itu merencanakan lebih banyak serangan menjelang musim perayaan akhir tahun.
“Mereka biasanya menargetkan non-penduduk lokal setelah penutupan sekolah dan kegiatan lain menjelang perayaan. Ada ketakutan akan upaya semacam itu. Kami telah memindahkan lebih banyak pasukan ke sana,” kata seorang pejabat yang mengetahui rencana tersebut dikutip di The Star, Selasa (14/12).
Inspektur Jenderal Polisi Hilary Mutyambai memerintahkan peningkatan patroli, menyusul lebih banyak laporan yang berkaitan dengan kegiatan teroris di daerah tersebut. Serangan terakhir terjadi pada Senin (13/14) pagi, ketika komplotan itu menggerebek sebuah masjid dan mencoba menculik 40 jamaah yang hadir di Konton, Kabupaten Wajir, Kenya.
Polisi dan saksi mata mengatakan sekitar lima orang menggerebek sebuah masjid setempat. Kelompok itu memerintahkan jamaah agar keluar dan mencoba membawa mereka ke semak belukar menuju perbatasan Kenya-Somalia terdekat.
Sasaran mereka adalah imam yang merangkap sebagai pejabat kepolisian (NPR), yang memimpin ibadah saat itu. Dalam proses menghalangi aksi tersebut, diluncurkan tembakan yang memaksa geng tersebut meninggalkan misi mereka dan melarikan diri.
Beberapa NPR di lapangan mengetahui penculikan yang sedang berlangsung dan bertindak menyelamatkan situasi. Mereka berupaya memukul mundur kelompok militan ini demi keselamatan masyarakat sipil.
“Mereka masuk ke masjid dengan mengenakan sepatu sambil terburu-buru mengeluarkan jamaah dan menyelesaikan misi mereka,” kata seorang petugas yang hadir.
Kepala polisi daerah Hilary Toroitich membenarkan insiden tersebut dan menambahkan tidak ada korban luka yang dilaporkan. “Kami telah mengirimkan bala bantuan untuk membantu melacak komplotan tersebut,” katanya.
Daerah itu telah menjadi pusat perhatian karena di masa lalu kelompok tersebut berupaya menculik pejabat pemerintah dan membunuh mereka tanpa membuat tuntutan. Seorang kepala suku di daerah itu tewas setelah terjadi penculikan pada 2020.
Wilayah ini termasuk di antara mereka yang terkena dampak ketidakamanan terkait terorisme. Teroris al-Shabaab berada di balik serangkaian insiden.
Tiga teroris al-Shabaab tewas oleh bom yang mereka buat, yang meledak secara tidak sengaja di sebuah desa di Damasa, Kabupaten Mandera, Sabtu (11/12). Polisi mengatakan insiden itu terjadi di desa Nus Dariq di luar Damasa, Kenya. Ada kekhawatiran bahwa serangan terus-menerus itu menghentikan operasi di wilayah tersebut.
Adapun transportasi telah dihentikan karena rasa takut akan datangnya serangan mendadak. Ada kekhawatiran akan lebih banyak serangan setelah penduduk setempat melaporkan melihat lebih banyak pria bersenjata berkeliaran di tempat-tempat terpisah, ketika berencana untuk menyerang.
Penelitian yang dilakukan oleh badan-badan keamanan pemerintah mengatakan 30 persen dari masalah keamanan negara terjadi ke perbatasan Somalia, yang sering ditembus oleh teroris. Kenya memulai pembangunan tembok sepanjang 700 kilometer pada 2015. Tembok yang dikenal sebagai proyek sekuritisasi perbatasan Kenya-Somalia itu antara lain dimaksudkan untuk mengamankan negara dari serangan teroris al-Shabaab, yang berbasis di Somalia.
Salah satu rencana proyek termasuk memiliki gedung imigrasi dan bea cukai di titik masuk khusus, dengan dinding beton setinggi dua kaki atau 60,96 cm, yang dilengkapi dengan kamera CCTV. Sebuah parit juga sedang dibangun di daerah tersebut. Rencana tersebut mencakup pembuatan setidaknya 22 pos perbatasan dengan personel yang diperlengkapi dengan baik, untuk menanggapi segala bentuk agresi.
Para pejabat mengatakan, setelah proyek ini selesai tim keamanan akan tersebar sejauh 40 kilometer, untuk memungkinkan tanggapan cepat terhadap serangan dari gerilyawan. Sebuah pagar pembatas, terutama di Mandera dan Lamu, telah membantu mengurangi insiden serangan oleh para militan yang sering menyeberang sesuka hati.