IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Demi mencapai kemulian, jamaah harus mampu menghayati hakikat dan tujuan ibadah haji. Perjalanan ibadah haji bukanlah untuk rekreasi, ataupun bisnis.
"Haji merupakan perjalanan ibadah yang sarat dengan hikmah dan tujuan mulia," tulis Eko Misbahudin dalam buku 'Refleksikan Hajimu'
Ia mengatakan, ada beberapa tujuan dan hikmah penting dalam perjalanan haji yang perlu diperhatikan para jamaah haji. Di antarnya adalah menegakkan tauhid.
"Jika rangkaian manasik haji diamati secara seksama, maka kita akan temukan bahwa menauhidkan Allah adalah tujuan utama," tulisnya.
Ia menuturkan, dalam talbiyah menauhidkan Allah. Ketika menaiki bukit Shafa dan Marwah, jamaah juga melantunkan kalimat tauhid, begitu pula saat wukuf di padang Arafah.
"Bahkan menauhidkan Allah dalam ibadah dan doa adalah amalan paling utama selama haji," katanya.
Maka, hendaklah seorang yang berhaji menghayati makna ini dalam setiap manasiknya. Tentang hal ini Allah SWT dalam surah Al-An’am ayat 162-163 berfirman yang artinya:
"Katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah."
Ibadah haji juga mendidik hamba agar patuh dan tunduk kepada Allah SWT. Dalam rangkaian manasik haji, ada beberapa rahasia dan hikmah yang sulit kita cerna. Sebab tujuan utama dari ibadah ini adalah tunduk dan patuh kepada syariat Allah.
Sebagai contoh melempar jumrah dan mencium Hajar Aswad. Karenanya, ketika hendak mencium Hajar Aswad, Khalifah Umar bin Khattab berkata yang artinya:
"Aku tahu bahwa engkau hanya sebongkah batu, yang tidak mendatangkan manfaat maupun menolak bahaya, jika bukan karena aku telah melihat Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu." (HR. Bukhari).
Umar ra sangat memahami bahwa tujuan utama mencium Hajar Aswad adalah tunduk kepada syariat Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah SWT.
Jamaah haji diperintahkan berzikir pada setiap sesi manasik, juga setelah selesai menunaikan ibadah haji. Dalam surah Al-Baqarah ayat 198 Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
"Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berzikirlah [dengan menyebut] Allah sebagaimana yang ditunjukkanNya kepadamu."
Dalam surah Al-Baqarah ayat 200 Allah SWT berfirman yang artinya:
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut membangga-banggakan nenek moyangmu, atau bahkan berzikirlah lebih banyak dari itu."
H. Eko memastika, alangkah meruginya seorang haji yang telah jauh-jauh meninggalkan kampung halamannya, kemudian tidak mengisi waktunya dengan ibadah dan dzikrullah.