Kamis 30 Dec 2021 14:41 WIB

Pondok Yatim yang Dibangun dari Coretan Mimpi di Tembok

Meski belum selesai, Pondok Yatama Mendunia saat ini telah mendidik sekitar 25 santri

Rep: Lilis sri handayani/ Red: Esthi Maharani
Pondok Yatim Desa atau Yatama Mendunia di Desa Bobos, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.
Foto: dok. Istimewa
Pondok Yatim Desa atau Yatama Mendunia di Desa Bobos, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.

IHRAM.CO.ID, CIREBON – Ihsanuddin (34) memiliki banyak impian. Mulai dari keliling Indonesia dengan pesawat gratis, umroh, mengisi seminar di hadapan ribuan orang, punya rekanan tokoh-tokoh besar, hingga membangun pondok pesantren dua lantai bagi anak yatim dan dhuafa. Semua impian itu ditulis di tembok rumahnya di Desa Bobos, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, sejak lulus kuliah pada 2018.

Sebagai anak desa, yang memiliki orang tua penjual gorengan dan guru mengaji di masjid, Ihsanuddin menuliskan impian itu untuk terus memotivasinya. Dia ingin mewujudkannya demi mengangkat derajat keluarganya.

Dengan pertolongan Allah SWT, dalam waktu dua tahun, 89 persen impiannya satu per satu terwujud. Melalui kemampuan public speaking yang dimilikinya, dia banyak diundang menjadi master of ceremony (MC) dan trainer di berbagai kota di Indonesia. Saat itulah dia bisa naik pesawat terbang secara gratis dan memiliki banyak rekanan. Dia pun bisa menunaikan ibadah umroh ke Tanah Suci.

‘’Sebagai anak desa yang gak punya, saya bisa sampai pada tahap itu. Karenanya, saya ingin capaian mimpi-mimpi saya itu juga bisa diraih oleh anak-anak desa lainnya,’’ ujar Ihsanuddin, saat ditemui Republika di Pondok Yatim Desa atau Yatama Mendunia di Desa Bobos, Rabu (29/12).

Untuk itulah, Ihsanuddin membuat gerakan anak desa mendunia. Filosofinya, meski anak-anak tinggal di desa, namun bisa memiliki networking dan wawasan yang luas, aktif dan punya banyak pengalaman.

‘’Itu filosofi sederhana ‘anak desa mendunia’,’’ kata santri lulusan Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan itu.

Ihsanuddin pun membina anak-anak muda desa dan mengembangkan potensi mereka. Tak hanya memberikan motivasi, dia juga membantu mereka untuk terjun di dunia bisnis. Dia pun berkolaborasi dengan guru dan teman-temannya yang ada di luar kota.

Anak-anak muda binaan Ihsanuddin banyak yang sukses dengan membuka berbagai usaha, di antaranya french chaise fried chicken dan martabak. Bahkan ada salah satu binaannya yang berhasil menjalankan bisnis kemitraan hingga 500 orang.

Meski telah berhasil menularkan capaian impiannya pada anak muda lainnya, Ihsanuddin masih memiliki impian yang belum tercapai yakni, membangun pondok yatim berlantai dua. Dia pun sering berdoa agar sebuah lahan di desanya, bisa menjadi lokasi pondok yatim.

‘’Tiba-tiba (pemilik lahan itu) menanyakan, Ihsanuddin mau bikin pondok ya?  Lho padahal saya belum bilang ke siapapun. Tiba-tiba (pemilik lahan) datang, (dan mengatakan) kalau buat pondok, silakan pakai saja,’’ tutur Ihsanuddin.

Dengan berbagai pertimbangan, Ihsanuddin baru menerima tawaran pemilik lahan itu tujuh bulan kemudian. Dengan modal awal Rp 3 juta, dia memberanikan diri merealisasikan mimpinya untuk membangun pondok bagi anak yatim dan dhuafa.

‘’Akhirnya Bismillah, gas-keun membangun pondok yatim.  Semoga Allah SWT kasih jalan,’’ tukas lulusan STEI Syariah Economic and Banking Institute Jakarta tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement