Kamis 06 Jan 2022 05:11 WIB

Isu Aljazair dan Muslim dalam Pemilihan Presiden Prancis

Pemilihan Prancis hanya beberapa bulan lagi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Bendera Prancis.
Foto: Anadolu Agency
Bendera Prancis.

IHRAM.CO.ID, PARIS -- Pemilihan Prancis hanya beberapa bulan lagi, dan masa lalu negara itu dan perlakuannya terhadap Muslim terus menjadi sumber kontroversi. Kandidat presiden sayap kanan Prancis terkemuka, Valerie Pecresse, telah mengecam Presiden Emmanuel Macron karena mengakui bahwa penjajahan brutal Prancis di Aljazair mengakibatkan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Jumlah orang yang diduga tewas akibat pendudukan Prancis di Aljazair diyakini berkisar antara 5-10 juta. Prancis menjajah negara itu selama lebih dari 130 tahun. Selama waktu itu, penyiksaan, pemindahan massal, dan diskriminasi terhadap penduduk Muslim Arab-Berber setempat adalah ciri-ciri reguler pemerintahan Prancis.

Baca Juga

Perang kemerdekaan antara tahun 1954-1962 mengakibatkan kebijakan brutal oleh otoritas Prancis untuk memadamkan pemberontakan. Tidak seperti kepemilikan kolonial Prancis lainnya, Aljazair terbilang berbeda karena telah diintegrasikan ke dalam republik Prancis meski Aljazair diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.

Sampai hari ini, rekor Prancis di Aljazair terus menjadi sumber kontroversi di Prancis. Pendirian negara Aljazair diyakini bahwa misi Prancis di Aljazair pada akhirnya adalah untuk membudayakan penduduk asli. Kegagalan untuk menerima masa lalu kolonial Prancis dijelaskan lebih lanjut dalam wawancara terbaru dengan Pecresse.

"Saya tidak percaya bahwa kita perlu mendekonstruksi sejarah Prancis, saya pikir semua negara membutuhkan mitos, semua negara perlu bangga dengan pahlawan mereka," kata Pecresse.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement