Hajriyanto lantas berpesan kepada kader-kader Muhammadiyah untuk bisa berkiprah di luar negeri. Baik kader melalui jalur pengkaderan konvensional yang aktif di organisasi otonom Muhammadiyah, maupun kader melalui jalur pendidikan sama-sama memiliki peluang untuk aktif dan proaktif, serta mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
"Kader-kader Muhammadiyah melalui dua jalur tersebut memiliki peluang untuk berperan besar di kancah internasional. Oleh karena itu, kader Muhammadiyah perlu membenahi diri dan mengembangkan diri dengan meningkatkan berbahasa asing, terlebih Bahasa Inggris dan Arab," ujarnya.
Adapun derap Internasionalisasi Muhammadiyah dalam membangun peradaban global merupakan amanat dari hasil Muktamar ke 47 Muhammadiyah di Makassar. Tokoh-tokoh teras Muhammadiyah di bidang politik juga dipersiapkan dalam peran kebangsaan untuk mewakili perjuangan Indonesia di ranah internasional.
Pada era mutakhir, terutama sejak tahun 2000 setelah Muktamar di Jakarta, dimulailah secara khusus peran internasionalisasi Muhammadiyah.
Pertama dengan mengawali berdirinya PCIM Mesir dan PCIA Mesir pada era 2002-2003. Proses ini merupakan embrio dari lahirnya Cabang Istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah di berbagai negara lainnya.
Adapun bantuan yang diberikan oleh Muhammadiyah melalui Lazismu beragam contohnya, Salah satunya, donasi atau sumbangan bagi Palestina, serta program beasiswa bagi pelajar di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.