IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Menurut para ulama fikih, sebagian besar tentang adab istinja dan masuk toilet cenderung bersifat sunah atau anjuran. Lantas apa saja adab-adab dalam istinja yang perlu dikenali?

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid menjabarkan, adab-adab istinja seperti jika ingin buang air maka sebaiknya menjauhkan diri dan tidak berbicara. Kemudian adab lainnya adalah larangan membasuh istinja dengan tangan kanan, hingga tidak boleh menyentuh kemaluan dengan tangan kanan.

Dalam konteks ini, menurut Ibnu Rusyd, para ulama ahli fikih hanya berbeda pendapat tentang satu masalah saja yang cukup terkenal yakni tentang menghadap dan membelakangi kiblat bagi orang yang sedang buang air besar maupun kecil.

Dalam hal ini ada tiga pendapat kalangan mereka. Pertama, bagi orang yang buang air besar atau buang air kecil, maka ia sama sekali tidak boleh menghadap atau membelakangi kiblat di mana pun tempatnya.

Kedua, hal itu tidak boleh secara mutlak. Dan ketiga, hal itu boleh jika dilakukan di dalam bangunan-bangunan atau di kota-kota. Di luar itu maka tidak boleh. Adapun pangkal pendapat mereka ini adalah disebabkan adanya dua hadis yang terkesan saling bertentangan.

Pertama, hadis Abu Ayyub Al-Anshari. Nabi bersabda, “Idza ataitum al-ghaaith falaa tastaqbiluu al-qiblata wa laa tastadbiruuha walakin syarriquu aw gharribuu,”. Yang artinya, “Apabila kalian buang air, janganlah menghadap atau membelakangi kiblat. Tetapi menghadaplah ke arah timur atau ke arah barat,”.

Kedua, hadis Abdullah bin Umar, sesungguhnya ia berkata, “Irtaqaitu ala zhahri baiti ukhti hafshah fara-aitu Rasulallah SAW qaaidan lihaajatihi ala labnataini mustaqbilaas-syaami mustadbira al-qiblati,”.

Yang artinya, “Aku naik ke atas rumah kakakku Hafsah, dan aku melihat Rasulullah SAW dalam posisi duduk berjongkok sedang buang air besar menghadap ke arah Syiria dan membelakangi kiblat,”.

Ikuti Whatsapp Channel Republika