IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Persatuan Internasional untuk Cendekiawan Muslim, Al-Ouda, dalam artikel di laman About Islam, menjelaskan makna Ash-Shamad. Al-Ouda mengatakan, ketika manusia percaya dalam hatinya bahwa Tuhan Maha Hidup, tidak membutuhkan siapa pun selain mampu memenuhi kebutuhan semua, menjadi wajar jika manusia berpaling kepada Allah dan menggantungkan harapan hanya kepada-Nya.
Ibnu Abbas meriwayatkan:
"Aku bersama Rasulullah suatu hari, ketika dia berkata kepadaku:
"Anak muda, aku akan mengajarimu sesuatu: Ingatlah Allah dan Dia akan mengingatmu. Simpan Dia di dalam hatimu dan kamu akan menemukan Dia bersamamu. Jika kamu mempunyai permintaan, mintalah kepada Allah. Jika kamu membutuhkan pertolongan, minta tolonglah kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberi manfaat dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu; dan jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering" (HR At Turmudzi).
Dengan demikian, kata Al-Ouda, hendaklah kita menghadap Allah dengan segala harapan dan ketakutan kita, dengan keprihatinan duniawi serta aspirasi spiritual kita, dalam segala urusan baik besar maupun kecil.
Al-Ouda juga mengingatkan, hendaknya keimanan pada nama-nama dan sifat-sifat Allah tidak boleh direduksi menjadi sekedar hafalan kata-kata, akan tetapi harus menjadi sesuatu yang secara aktif mendorong dan membentuk pendekatan kita terhadap kehidupan.