REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan pemikir asal Turki , Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan, jujur dan dusta sangat berjauhan seperti jarak antara kufur dan iman. Menurut dia, naiknya Nabi Muhammad SAW pada masa terbaik menuju tingkatan tertinggi lewat sarana kejujuran serta kekayaan hakikat iman dan rahasia alam yang dibukakan untuknya, menjadikan sifat jujur sebagai dagangan paling laris dan barang paling mahal di pasar kehidupan sosial.
Sementara, lanjut Nursi, Musailimah al-Kazzab berikut sejumlah orang semisalnya jatuh ke dalam tingkatan terendah karena dusta. Pasalnya, ketika perubahan besar itu terjadi di masyarakat, jelas bahwa dusta merupakan kunci kekufuran dan khurafat, serta dagangan yang paling rusak dan buruk.
Nursi mengatakan, barang dagangan yang menjijikkan bagi seluruh orang tidak mungkin disentuh oleh mereka yang berada di barisan pertama dari perubahan besar tersebut, yaitu para sahabat yang secara fitri mengambil barang dagangan terbaik dan termahal. Mereka tidak mungkin akan mengotori tangan mereka yang penuh berkah dengan dusta, melakukannya dengan sengaja, serta menyerupai Musailimah al-Kazzab.
"Namun dengan kecenderungan alamiahnya yang bersih serta dengan kekuatan yang mereka terima, mereka berada di barisan terdepan dalam membeli kejujuran yang merupakan aset paling laku dan barang paling berharga," kata Nursi dikutip dikutip dari bukunya yang berjudul “Khutbah Syamiyah: Manifesto Kebangkitan Umat Islam" terbitan Risalah Nur Press.
Bahkan, menurut Nursi, kejujuran merupakan kunci seluruh hakikat dan tangga naiknya Muhammad SAW menuju tingkatan yang paling tinggi. Karena para sahabat selalu bersikap jujur tanpa berpaling darinya semampu mungkin, maka para ulama hadis dan fikih menyatakan bahwa para sahabat merupakan sosok yang adil di mana riwayatnya bisa langsung diterima. Seluruh hadis nabi SAW yang mereka riwayatkan adalah benar adanya.