Rabu 16 Feb 2022 19:19 WIB

Ath-Thabari, Hidup dan Karyanya (I)

Sepanjang hidupnya, ath-Thabari memilih hidup secara zuhud.

Ilustrasi Ulama. Sepanjang hidupnya, ath-Thabari memilih hidup secara zuhud.
Foto:

Baghdad menjadi kota tujuannya rihlah pada saat usianya masih belia. Memang, ia mengadakan perjalanan intelektual ke berbagai daerah di daulah Islam, semisal Ray, Syam, Hijaz, dan Mesir. Bagaimanapun, dirinya kemudian memilih Kota Seribu Satu Malam sebagai tempatnya bermukim hingga tutup usia.

Syekh Muhammad Sa'id Mursi dalam buku Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah menggambarkan sosok ath-Thabari sebagai berikut. Sang mufasir memiliki warna kulit yang kecokelatan. Badannya tegap dan tinggi. Kedua matanya lebar.

Dalam buku Profil Para Mufasir Alquran, Saiful Amin Ghofur mendeskripsikan ulama terkemuka itu sebagai sosok yang rapi dan bersih dalam berpenampilan. Tidak hanya selalu menjaga kesehatan, ath-Thabari juga sangat disiplin dalam menjalani rutinitas. 

Sepanjang hidupnya, ath-Thabari memilih hidup secara zuhud. Ia sedikit pun tak terlena pada kenikmatan dunia. Sikap ini dibuktikan dengan menolak tawaran jabatan penting di pemerintahan walaupun imbalan harta yang bisa diperolehnya dari penguasa amat besar.

Ia hidup pada akhir masa keemasan Islam, yakni era pemerintahan Daulah Abbasiyah (750-1242 M) yang berpusat di Baghdad. Ketika ath-Tha bari lahir, yang menjadi penguasa Kekhalifa han saat itu adalah al-Wasiq Billah. Akan tetapi, pe ngaruh faksifaksi militer Turki cukup besar di ling kungan istana. 

 

Jadilah sosok khalifah cenderung menjabat secara simbolis saja. Sebab, kekuasaan secara praktis dimiliki oleh pihak-pihak militer yang mengangkat mereka. Jika ditelusuri, selama hidupnya ath-Thabari mengalami 10 kali pergantian khalifah Abbasiyah. Yakni, hingga al-Mu qtadir, yang menjadi khalifah Abbasiyah ke-18.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement